JAKARTA – Proyek pembangunan Dual Fuel Barge Mounted Power Plant (BMPP) 60 Megawatt (MW) Kolaka 1 memasuki tahapan keel laying di Grand Assembly, Divisi Kapal Niaga PT PAL Indonesia (Persero).

Sutrisno, Direktur Rekayasa Umum dan Harkan PAL Indonesia, mengatakan pelaksanaan keel laying menerapkan protokol kesehatan Covid-19 secara ketat.

“Pembangunan Dual Fuel BMPP 60MW Kolaka 1 telah mencapai 44,61 %. Pelaksanaan keel laying ini menjadi yang pertama di Indonesia di masa
pandemi Covid-19 dengan protokol kesehatan yang ketat,” kata Sutrisno, Selasa (9/6).

Sutrisno mengatakan progress keel laying sangat penting karena usia barge yang menjadi platform power plant mulai dihitung. PAL Indonesia terus melakukan langkah-langkah strategis untuk memastikan proyek tersebut terus berjalan sesuai dengan jadwal. Komitmen tersebut diwujudkan melalui mitigasi dan langkah-langkah antisipatif terhadap potensi-potensi halangan dalam pengerjaan proyek. Keel laying Dual Fuel BMPP 60 MW Kolaka 1 ditandai dengan loading 3 block di Graving Dock Semarang – PAL Indonesia.

Adi Supriono, Direktur Pengembangan dan Niaga PT Indonesia Power, menyampaikan kepada PAL Indonesia atas komitmennya untuk terus mengerjakan proyek Dual Fuel BMPP di tengah pandemi Covid-19.

“Dual Fuel BMPP sangat vital dan menjadi bagian dalam Program Elektrifikasi Nasional Presiden Joko Widodo yang akan diproyeksikan di wilayah-wilayah terpencil atau remote area,” ujar Adi.

Dual Fuel BMPP 60 MW memiliki panjang 72 meter, lebar 27,4 meter, tinggi 6,5 meter dan sarat setinggi 4,7 meter serta ditunjang dengan 6 x Dual Fuel Engine 20V34DF. Sementara Dual Fuel BMPP 30 MW memiliki memiliki panjang 54 meter, lebar 27,4 meter, tinggi 6,5 meter dan sarat setinggi 4,7 meter serta ditunjang dengan 3 x Dual Fuel Engine 20V34DF. Dual Fuel BMPP 60 MW Kolaka 1 ini merupakan salah satu dari tiga Dual Fuel BMPP 150 MW yang dipesan oleh Indonesia Power kepada PAL Indonesia.

Dual Fuel BMPP memiliki dimensi yang compact dan sarat barge rendah yang cocok untuk daerah terpencil, BMPP ini juga memiliki keunggulan fleksibilitas pengoperasian dengan bahan bakar yang berbeda, dapat dioperasikan dengan mode BBM atau diesel atau mode Gas tanpa perlu mematikan pembangkit dan tanpa kedip, memiliki Heat Rate dan Spesific Fuel Consumption (SFC) yang sangat efisien serta mampu dioperasikan secara terus-menerus tanpa docking repair selama 20 tahun, sehingga dapat memenuhi kebutuhan atau mengganti pembangkit terapung di beberapa wilayah Indonesia.

“Pada masa pandemi ini, Dual Fuel BMPP menjadi sangat strategis untuk memastikan kelancaran penanganan medis di wilayah terpencil. Pasokan listrik dari Dual Fuel BMPP akan memastikan berfungsinya alat-alat medis dan penunjang seperti ventilator dan kelistrikan di fasilitas-fasilitas kesehatan,” tandas Sutrisno.(RA)