JAKARTA – Rencana ekspansi PT Vale Indonesia Tbk (INCO), produsen nikel dalam matte, yang sempat terkendala dalam beberapa tahun terakhir akhirnya mulai menemui titik terang seiring dengan sudah keluarnya berbagai perizinan dari pemerintah. Nico Kanter, Presiden Direktur Vale Indonesia, mengatakan sejumlah perizinan yang sudah diajukan mulai mendapat persetujuan.

“Untuk yang Sorowako, eksplorasi dan eksploitasi sudah. Di Pomalaa baru eksplorasi dan yang Bahodopi baru kami masukkan,” kata Nico di Jakarta, belum lama ini.

Nico mengatakan seiring keluarnya sejumlah perizinan tersebut, maka perseroan bisa lebih fokus dalam pemilihan mitra untuk pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) baru di Pomalaa dan Bahodopi.

“So far bagus ya kondisi akhir-akhir ini. Mudah-mudahan proyek bisa lebih cepat karena calon partner-nya sudah sangat mengerucut dan tinggal kami tentukan. Akhirnya kami akan move on,” katanya.

Manajemen Vale sebelumnya menyebutkan ada tiga calon mitra pembangunan smelter, yakni perusahaan dari Jerman, Jepang, dan China. Keberadaan mitra tersebut sangat menentukan perkembangan pembangunan smelter.

Selain itu, Vale juga tengah mempertimbangkan untuk membangun pembangkit listrik sendiri untuk memenuhi kebutuhan smelter. Meskipun kapasitasnya belum ditentukan, kemungkinan besar pembangkit yang akan dibangun menggunakan tenaga air.

Nico mengatakan Vale sedang mengoptimalkan modal untuk pembangunan smelter di Pomala supaya ekonomis, setelah sebelumnya menggandeng Sumitomo Metal Mining Co Ltd untuk memproduksi bijih nikel limonit. Pabrik di Pomala juga diharapkan bisa mengkonversi nikel sulfate sebagai baterai yang kerap digunakan sebagai sumber energi untuk mobil listrik. “Kalau di Bahodopi, mereka (partner) sedang menunjukkan apakah mungkin feronikel. Kami akan bangun satu smelter,” tandas Nico.(RI)