JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) tidak akan terburu-buru menjalankan rencana untuk mematikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya dan menggantikannya dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, mengatakan kajian mendalam tentang rencana tersebut masih dibahas internal pemerintah. Berbagai aspek akan dilihat pemerintah sebelum merealisasikan rencana tersebut. “Ya masih kajian internal, mempertimbangkan aspek teknis, keekonomian,” kata Dadan kepada Dunia Energi, Jumat (20/11).

Menurut Dadan, hal utama lainnya yang harus benar-benar diperhatikan adalah terkait pembangkit pengganti dalam hal ini PLTS yang wajib memiliki keandalan yang sama seperti PLTU. “Kehandalan listriknya juga,” tukas dia.

Dadan mengatakan karena masih dalam pembahasan internal maka rencana untuk mengganti PLTU Suralaya juga belum masuk dalam pembahasan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). “Belum sampai ke pembicaraan masuk RUPTL,” ujar Dadan.

Rencana untuk meningkatkan porsi EBT dalam pembangkit listrik memang terus mendapatkan dukungan termasuk jika ada PLTU yang dimatikan atau dihancurkan dan lahannya digunakan untuk pembangunan pembangkit berbasis EBT.

Tapi rencana tersebut juga tidak akan berjalan mulus begitu saja karena pasti ada pihak-pihak yang kontra dengan adanya niatan pemerintah untuk mematikan salah satu pembangkit listrik berbahan bakar batu bara tertua di Indonesia itu. Terlebih sampai sekarang PLTU Suralaya memiliki peran vital dalam sistem kelistrikan wilayah Jawa bagian barat. “Ada juga yang mungkin tidak setuju, kan biasa seperti itu,” kata Dadan.

Sebelumnya dalam rapat dengan komisi VII DPR belum lama ini Dadan mengungkapkan ada rencana pemerintah untuk menghancurkan PLTU Suralaya. Selain karena umurnya sudah tua pemerintah melalui rencana tersebut menargetkan porsi EBT akan meningkat. “Terkait PLTS, arahan pak Menteri (ESDM) ini akan jadi fokus terbesar mendorong secepatnya,” kata Dadan.

Nantinya PLTS yang akan dibangun sebagai pengganti akan memiliki kapasitas besar serta terdapat baterai untuk menyimpan daya listrik sehingga tidak ada isu intermiten.

“Ini kajian internal, PLTU Suralaya yang usia 35 tahun sedang dilihat apa akan di demolish (hancurkan) dan ganti PLTS skala besar dengan baterai sehingga tidak ada unsur intermiten sama sekali. masih kajian,” kata Dadan.(RI)