JAKARTA – Pipa gas bawah laut di perairan Bojonegara, Serang, Banten bocor, Senin (9/7). Pipa gas tersebut mengalirkan gas dari Pulau Pabelokan, Kepulauan Seribu yang dikelola China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) ke Cilegon, Banten.

Agung Pribadi, Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daua Mineral (ESDM), membenarkan kebocoran pipa gas bawah laut di Bojonegara. Berdasarkan laporan yang sudah dihimpun dan diterima dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), kebocoran terjadi pada subsea gas pipeline 20″OD.

“Penyebab kebocoran masih under investigation. DSV dan penyelam sedang dalam perjalanan dari Pabelokan ke Cilegon,” kata Agung kepada Dunia Energi, Senin.

Bocornya pipa gas bawah laut di perairan Bojonegara menyebabkan pasokan gas ke PLTGU Cilegon terhenti.

Menurut Agung, informasi yang bisa didapatkan saat ini memang belum lengkap karena invesigasi juga masih berlangsung.

Info bocornya pipa gas bawah laut diterima dari Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas I Banten, yang melaporkan telah terjadi kebocoran pipa gas di area perairan Bojonegara pada posisi 5o 55′ 52″ S / 106o 07′ 075″ E.

Wisnu Prabawa Taher, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, mengatakan seiring kebocoran tersebut, penyaluran gas dari fasilitas CNOOC dari blok Southeast Sumatera (SES) ke Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) yang dikelola PT PLN (Persero) di Cilegon dihentikan untuk sementara. “Dampaknya supply gas yang seharusnya 50 MMSCFD sementara dihentikan,” ungkap Wisnu.

Kontrak alokasi gas dari blok SES selama ini dilakukan antara CNOOC dan PT Indonesia Power, anak usaha PLN sejak 2006. Kontrak berakhir pada 5 September 2018 atau bertepatan dengan berakhirnya masa kontrak CNOOC di blok SES yang sudah diputuskan pemerintah untuk selanjutnya dikelola PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, PT Pertamina Hulu Energi.

Selama 12 tahun PLTGU Cilegon mendapatkan alokasi gas sebesar 80 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Rata-rata produksi gas dari blok SES adalah sebesar 120 MMSCFD.
Semula kobocoran pipa diduga milik pipa PT Perusahaan Gas Negara Tbk, namun setelah dilakukan pengecekan lapangan dan dari plot koordinat, posisi kebocoran tidak berada di jalur pipa PGN.

Rachmat Hutama, Sekretaris Perusahaan PGN, mengatakan posisi pipa bocor memang tidak jauh dari letak pipa milik PGN. Namun dia memastikan tidak ada gangguan terhadap penyaluran gas yang melalui pipa PGN. “Kondisi penyaluran pipa PGN LBM-BJN dalam kondisi normal,” tandas Rachmat.(RI)