JAKARTA – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Subholding Refining and Petrochemical Pertamina menargetkan Financial Investment Decision (FID) New Grass Root Refinery (NGRR) atau kilang Tuban bisa selesai pada tahun depan.

Taufik Aditiyawarman, Direktur Utama KPI, menyatakan dalam kesekapatan dengan mitra yakni perusahaan asal Rusia, Rosneft.

“Secara JV (Joint Venture) kita harus bisa FID-kan project paling lambat kuartal-I 2024 paling lambat. itu poinnya, milestone. Kalau untuk lahan sudah dibebasin,” kata Taufik saat ditemui di Kantor Pusat Pertamina, Selasa (6/6).

Sebelum merampungkan FID saat ini manajemen KPI tengah melakukan pemilihan Financial Advisor. KPI kata Taufik sedang melakukan seleksi Financial Advisor internasional untuk bisa melakukan modelling terhadap financial dan pemasaran produk kilang nantinya.

Masalah sanksi yang dijatuhkan Uni Eropa serta Amerika Serikat terhadap Rusia kata Taufik juga menjadi salah satu isu yang bakal dikaji oleh Financial Advisor.

“Proses pemilihan financial advisor kenapa untuk membuat modelling kilang ini supaya bankable atau marketable , kerja sama yang kita lakukan di balikpapan makanya ada financial advisor. international. ini kita lagi buat. Paralel secara teknis tim sedang siapkan untuk EPC package,” jelas Taufik.

Menurut dia dengan baru selesainya FID yang ditargetkan pada tahun depan maka akan ada penyesuaian terhadap jadwal penyelesaian kilang baru tersebut. KPI menargetkan Pertamina bisa memiliki kilang Tuban pada tahun 2028.

“Itu mundur dari schedule yang sudah ada sebelumnya. original 2027 kalau itu FID kapan mungkin 2028 paling ngga, selesainya,” ungkap Taufik.

Nicke Widywati, Direktur Utama Pertamina, menjelaskan bahwa kilang Tuban akan berbeda dengan kilang-kilang Pertamina terdahulu. Oleh karena itu pembangunannya membutuhkan waktu lebih lama.

“Grass root waktu lebih lama, NGRR ini konsepnya integrated, ini lebih sulit kalau sekarang refinery saja GRR konsepnya refinery and petrochemical. tetap jalan tentu proyek lain yang petrochemical saja tetap berjalan,” tegas Nicke.

Setelah lima tahun digulirkan, proyek prestisius tersebut hingga kini belum juga memberikan hasil kongkret bahkan konstruksi juga belum dimulai.

Pemerintah sendiri pernah menyatakan selama ini Pertamina meyakinkan tidak ada pengaruh berarti. Namun pada kenyataannya perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina sejak tahun lalu ternyata juga memberikan dampak terhadap proyek kilang Tuban.

Seperti diketahui tekanan terhadap Rusia dari negara barat sangat tinggi dari negara-negara barat akibat perang.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan pemerintah tetap mendukung Pertamina untuk mencari solusi terbaik agar proyek kilang tetap bisa berjalan. Apalagi proyek kilang Tuban merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) kebanggaan presiden Joko Widodo.

“Ya pastilah (ada dampak perang Rusia-Ukraina), sekarang lagi cariin solusi bagaimana supaya bisa atasi dampak ini supaya proyeknya bisa jalan. Karena proyek ini strategis buat kita,” kata Arifin.