JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menargetkan pada 2022 terjaring sekitar 3 ribu produk pilihan dari sekitar seribu mitra binaan dalam SMEXPO Pertamina sehingga mampu menjangkau pasar lebih luas hingga keluar negeri. Pertamina berharap sebanyak 200 ribu visitor akan mengunjungi dan berbelanja di acara tersebut.
“Mitra binaan Pertamina yang memanfaatkan SMEXPO sebagian besar memiliki bidang usaha fashion, makanan dan minuman (F&B), craft atau kerajinan, agribisnis dan furniture. Marketplace ini diharapkan dikunjungi oleh beberapa buyer dari beberapa negara yang terhubung baik dalam business forum maupun peserta marketplace, ” ujar VP CSR dan SMEPP Management Pertamina Fajriah Usman, di Jakarta, akhir pekan.
SMEXPO Pertamina merupakan tempat belajar bagi UMKM untuk menggunakan marketplace sebagai tools dalam peningkatan jauangan pasar. Setiap tahunnya. Pertamina melaksanakan aktivasi kegiatan berupa event yang dirancang sebagai ajang pameran virtual dalam rangka pemberdayaan UMKM yang telah bergabung sebagai mitra binaan Pertamina agar dapat memasarkan produk dan layanannya serta meningkatkan wawasannya melalui berbagai program pelatihan atau workshop. “Kami menargetkan online coaching dapat diikuti lebih dari ribuan UMKM,“ katanya.
Dia menambahkan pada tahun ini Pertamina akan memilih 30 mitra binaan untuk mengikuti business forum setelah melewati proses kurasi yang ketat dari 100 mitra binaan peserta Pertamina SMEXPO 2022. “Selain business forum, akan tersedia coaching dan performance artis secara virtual. SMEXPO Pertamina 2022 juga akan menyediakan display counter tematik Gerakan Bangga Buatan Indonesia (GBBI),” katanya.
Fajriyah menuturkan Pertamina sebagai BUMN diwajibkan untuk membina usaha mikro kecil (UMK) karena sudah digariskan dalam Undang-Undang BUMN. Pertamina, kata dia, harus aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan lemah, koperasi dan masyarakat.
“Program pendanaan UMK adalah tools perusahaan untuk pemberdayaan UMK. Program pendanaan adalah bentuk investasi sosial yang berdampak positif bagi Pertamina baik langsung maupun tidak langsung. UMK menyerap 96% tenaga kerja di Indonesia,” katanya.
Menurut Fajriyah, Pertamina bersedia menyediakan pendanaan murah bagi UMK meskipun belum bankable. Pendanaan tersebut pada dasarnya adalah penyelamatan bibit usaha kecil agar tumbuh dan terlepas dari jeratan utang. “UMK menjadi mitra binaan dimana Pertamina akan hadir mendampingi pelaku usaha untuk membentuk kemandirian. Setelah mandiri, mereka bisa memperbesar usahanya dengan mencari pendanaan lanjutan seperti dari perbankan,” katanya.
Setelah bisnisnya tumbuh, kata Fajriah, Pertamina mendorong UMK untuk bisa naik kelas lewat program pembinaan dalam UMK Academy yang dilakukan sejak 2020. UMK diarahkan untuk memahami konsep dan pelaksanaan serta tahapan Go Modern, Go Digital, Go Online dan Go Global. “Total UMK yang sudah naik kelas dari 2020-2021 sebanyak 750 minta binaan. Rinciannya 116 mitra binaan sudah go global, 198 go online, 398 go digital, dan 38 UMK mampu go modern,” jelasnya.
Fajriyah menegaskan sejak awal Pertamina sudah mendidik pengusaha untuk melek digital. UMK yang berminat menjadi mitra binaan diarahkan untuk mendaftar secara online. Digitalisasipendaftaran program pendanaan UMK melalui online melalui http://genumkm.pertamina.com/. “Calon mitra binaan dapat mengunduh aplikasi melalui PlayStore di aplikasi Galeri Entrepreneur Nusantara (Gen UMKM),“ tuturnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara R Eko Adi Irianto menuturkan akses pembiayaan untuk UMKM sudah banyak tersedia dari berbagai sumber asalkan secara kelembagaan dan kapasitas UMKM sudah meningkat. Pada saat ini, kata dia tantangan yang ada adalah bagaimana mengembangkan UMKM go digital dan go export.
“Kami sudah memetakan UMKM yang berpotensi dapat menembus pasar mancanegara adalah UMKM industri kreatif seperti food, fashion dan kerajinan. Indonesia sangat kaya dengan berbagai jenis makanan. Dari segi fesyen, sudah banyak pengusaha yang tadinya UMKM kini mendunia. Mereka banyak muncul di fashion show di luar negeri. Lalu ada kerajinan. Indonesia sudah lama punya produk kerajinan yang luar biasa,“ papar Eko.
Dia menilai pada saat ini pemberdayaan UMKM, termasuk yang ada di Maluku Utara, memiliki sejumlah permasalahan. Misalnya, kurangnya kesadaran UMKM dalam pelaporan keuangan, karakteristik pelaku usaha yang belum adaptif, rasa kebersamaan dalam berwirausaha yang masih nihil, dan kurangnya koordinasi antar-stakeholders dalam pembuatan program dan pendampingan,
“Masalah lainnya adalah perizinan dan sertifikasi yang belum lengkap dan infrastruktur yang tidak mendukung. Infastruktur pendistribusian dan jaringan, misalnya, masih menjadi kendala utama di Maluku Utara. Hal itu menyebabkan perkembangan UMKM di luar daerah Kota Ternate masih jauh dari yang diharapkan,“ tuturnya. (RA)
Komentar Terbaru