JAKARTA – Pemerintah menaruh harapan besar terhadap PT Pertamina (Persero) untuk menemukan lapangan migas baru dengan cadangan berskala besar. Meskipun telah mendapat penugasan mengelola blok-blok habis kontrak atau terminasi, Pertamina diharapkan tidak melupakan kegiatan eksplorasi yang juga bisa dilakukan di area blok migas produksi.

Amien Sunaryadhi, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas), mengatakan seiring berakhirnya sejumlah kontrak bagi hasil (production sharing contract/PSC) blok terminasi yang kemudian dikelola Pertamina, Pertamina menjadi memiliki komitmen kerja pasti untuk eksplorasi. Aktivitas eksplorasi, baik di dalam wilayah kerja maupun di open area.

“Nah saya berharap teman-teman Pertamina di bawah Pak Dharmawan Samsu (direktur hulu), termasuk teman-teman yang ada di Southeast Sumatra juga ikut memikirkan bagaimana Pertamina bisa mendapatkan giant discoveries, bukan giant discovery tapi giant discoveries, banyak discovery,” ujar Amien saat mengunjungi fasilitas produksi Blok Southeast Sumatra di Pulau Pabelokan, Kepulauan Seribu, Jakarta, Rabu malam (5/9).

Menurut Amien, penemuan cadangan minyak besar seperti di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu diharapkan bisa terjadi lagi. Apalagi dengan kemampuan yang ada sekarang, tidak butuh waktu lama bagi Pertamina untuk bisa menemukan cadangan minyak baru.
“Saya mohon bantuan untuk giant discoveries, terutama Pertamina dalam waktu empat tahun ke depan ada discovery ukuran giant,” kata dia.

Blok Southeast Sumatra mulai dikelola Pertamina per 6 September 2018. Melalui komitmen pasti dari blok-blok terminasi yang dikelola, Pertamina diharapkan bisa menggiatkan aktivitas eksplorasi untuk mendapatkan cadangan migas.

Penemuan cadangan minyak baru akan berdampak pada peningkatan produksi minyak nasional. Dengan begitu maka kebutuhan minyak bisa dipenuhi langsung dari dalam negeri.
Amien menuturkan salah satu biang keladi anjloknya nilai tukar rupiah hingga menyentuh Rp15.000 per dolar Amerika Serikat adalah kebutuhan minyak yang tinggi ditengah keterbatasan produksi nasional. Akibatnya, impor minyak, baik crude oil ataupun produk minyak terus membesar.

“Kita perlu mengakui juga bahwa konsumsi BBM sangat tinggi dan terus meningkat karena populasi mencapai 265 juta orang. Disisi lain, produksi minyak dalam negeri terus menurun. Penurunan produksi minyak yang nantinya gas juga, terus menerus dan dalam jangka waktu panjang, ini lebih dikarenakan, terlalu lama kita tidak discovery yang ukuran besar,” ungkap Amien.

Dharmawan H Samsu, Direktur Hulu Pertamina, menegaskan komitmen Pertamina menemukan cadangan baru sangat tinggi. Apalagi penemuan lapangan baru atau new venture exploration itu penting, karena perusahaan migas yang baik yang mempunyai misi atau visi tersebut. Untuk itu, Pertamina sudah dan akan merencanakan kegiatan joint study di seluruh wilayah Indonesia.

“Kami tidak bisa declare join study-nya dimana, namun kami bisa share angka yang didedikasikan untuk joint study sebesar US$ 240 juta. Joint study itu di seluruh daerah prospek Indonesia, dan jika prospek itu bagus tentu akan lakukan seismik baru pengeboran,” papar Dharmawan.

Selain itu, strategi lain Pertamina adalah mengakselerasi dalam mengeksekusi hasil temuan. Jika saat ini rata-rata alur waktu sejak temuan ke pengeboran eksplorasi diperlukan waktu 5-6 tahun, ke depan waktu tersebut yang akan dipangkas.

“Kami upayakan bagaimana bisa akselerasi dari track record yang ada di Indonesia, menjadi 5-6 tahun track record dari mulai joint study sampai pengeboran. Pertanyaannya bisa enggak kita lebih cepat dari itu,” kata Dharmawan.(RI)