JAKARTA – PT Pertamina International Shipping (PIS) dan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) menandatangi kerjasama pengembangan Jakarta Integrated Green Terminal (JIGT) Kalibaru, yang akan menjadi terminal energi tercanggih dan ramah lingkungan di Indonesia.

Penandatanganan kerja sama dilakukan oleh CEO PIS Yoki Firnandi dan Direktur Strategi Pelindo Prasetyo, disaksikan antara lain oleh Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha (SPPU) PT Pertamina (Persero) A. Salyadi, dan Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono.

“JIGT Kalibaru merupakan mega proyek infrastruktur yang menjadi bukti komitmen pemerintah terkait transisi energi, terminal ini tidak hanya untuk ketahanan energi nasional tapi juga untuk energi yang berkelanjutan ke depan,” ujar Kartika usai penandatanganan kerja sama Jumat (1/9).

JIGT, kata Kartika, juga diyakini bisa mendorong daya saing indeks logistik Indonesia di kancah global. “Dengan teknologinya yang super modern dan terdigitalisasi, dengan segala keunggulannya JIGT bisa menjadi _global benchmark_ dan katalis untuk Jakarta yang lebih ramah lingkungan,” jelasnya.

Sementara itu, Salyadi, Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha (SPPU) PT Pertamina (Persero), memaparkan sebagai BUMN energi terbesar di Indonesia, Pertamina memiliki tanggung jawab menjamin ketersediaan, keterjangkauan, dan keberlanjutan energi di Indonesia.

Salah satu tulang punggung ketahanan energi yang dikelola oleh Pertamina saat ini adalah Integrated Terminal Jakarta Plumpang, yang mengcover hingga 15% suplai BBM Nasional. Terminal BBM Plumpang telah beroperasi selama hampir 50 tahun, yang artinya perlu ada peningkatan kapasitas dan kapabilitas untuk menjawab kebutuhan energi mendatang.

“Kebutuhan energi yang semakin tinggi dan dinamis, membutuhkan kehadiran terminal energi baru untuk mendukung Plumpang. JIGT Kalibaru akan hadir untuk menjawab kebutuhan energi tersebut, sekaligus bukti komitmen transisi dan bauran energi,” ujar Salyadi.

Pertamina mempercayakan pengembangan JIGT kepada Sub Holding Integrated Marine Logistics (SH IML) PIS yang memiliki pengalaman mengelola terminal LPG Tanjung Sekong yang memasok 40% kebutuhan LPG nasional. PIS juga didukung dengan kekuatan armada kapal yang dimilikinya, juga berperan sebagai virtual pipelines dalam menyalurkan energi di Indonesia.

JIGT akan dibangun di lahan seluas 50 hektare milik Pelindo dengan pertimbangan lokasi yang cukup strategis untuk hub alur perdagangan di Asia. Dari sisi operasional, lokasi JGIT juga berada di area bebas penduduk yang berbatasan dengan tepi laut dan memiliki tambatan lepas pantai yang bisa menampung kapal-kapal besar.

“Kapasitas penampungan bisa mencapai hingga 6,3 juta barel untuk memenuhi kebutuhan energi area Jabodetabek dengan potensi peningkatan untuk ketersediaan bahan bakar di masa depan,” ujar Yoki Firnandi, CEO PIS.

Kapasitas penampungan ini sekaligus 3 kali lebih besar dibanding Terminal Integrated Jakarta yang berada di Plumpang.

Terminal energi JIGT memiliki keunggulan dari sisi pengoperasian. “Seperti pemanfaatan energi baru dan terbarukan dalam kelistrikan, efisiensi energi, serta pengelolaan limbah untuk menjaga kelestarian lingkungan,” kata Yoki.

Yoki menjelaskan pembangunan JIGT terdiri dari beberapa tahap. Tahap pembangunan dimulai dari tahun ini dengan proses reklamasi, dilanjutkan dengan FEED (Front End Engineering Design) pada 2024  dan konstruksi awal serta penguatan struktur di 2025.

Sementara, pengoperasian terminal akan dilakukan dalam beberapa tahap. Fase pertama periode 2027-2035 yakni operasional storage bahan bakar BBM , fase kedua 2035-2040 untuk pembangunan dan operasional storage LNG, FAME, dan Used Cooking Oil (UCO), serta fase terakhir 2040 pembangunan dan operasional untuk storage hidrogen.

“Disertai dengan penerapan teknologi modern terkini, sistem yang terdigitalisasi dan automasi yang memastikan operasional terminal lebih safe dan efisien,” ungkap Yoki.

Prasetyo, Direktur Strategi Pelindo, mengatakan JIGT akan menjadi pintu gerbang ekosistem perdagangan energi/energy trading melalui koridor Singapura – Indonesia yang memiliki porsi 30%-35% alur perdagangan global untuk minyak dan LNG. Hal ini akan memberikan nilai yang optimum untuk mengembangkan potensi bisnis ke depannya dalam rangka menjaga Ketahanan Energi Nasional.

“JIGT juga akan mengadopsi energi dan sistem yang ramah lingkungan yang akan menjadi kebutuhan utama di masa depan. berharap semoga penandatanganan kesepakatan bersama ini dapat menjadi awal yang baik bagi peningkatan konektivitas guna menjamin sustainability energy Indonesia,” ujar Prasetyo. (RI)