JAKARTA – Pertamina Hulu Rokan (PHR) akhirnya resmi menjadi operator Blok Rokan pada Senin (9/8) menggantikan PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) yang kontraknya berakhir pada 8 Agustus 2021.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, menegaskan setelah jadi operator PHR akan langsung tancap gas mengejar target kegiatan untuk bisa menjaga produksi Blok Rokan. “Pengeboran yang telah ditetapkan Agustus hingga Desember 161 sumur pengeboran,” kata Nicke, saat seremoni alih kelola secara virtual, Senin (9/8).

Dwi Soetjipto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengungkapkan proses alih kelola berjalan dengan baik dan lancar. “Dalam rangka mendukung capaian 1 juta BOPD pada tahun 2030, maka sejak dua tahun lalu semua pihak bekerja keras, mengusahakan agar alih kelola berjalan lancar dan tingkat produksi minyak pada akhir masa kontrak  CPI dapat dipertahankan.

“Ini merupakan hal penting bagi bangsa dan negara mengingat WK Rokan saat ini masih mendukung 24 persen produksi nasional dan diharapkan tetap menjadi wilayah kerja andalan Indonesia,” kata Dwi.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menuturkan alih kelola Pengelolaan WK Rokan dari CPI ke PHR merupakan salah satu tonggak sejarah industri hulu migas di Indonesia. Setelah CPI berhasil mengelola wilayah kerja tersebut dengan baik, maka diharapkan PHR dapat meneruskan dan mengembangkan keberhasilan yang telah dicapai.

“Sejak pertama kali diproduksikan pada tahun 1951 hingga tahun 2021, WK Rokan merupakan salah satu wilayah kerja strategis yang telah menghasilkan 11,69 miliar barel minyak. Terima kasih atas usaha-usaha yang telah dilakukan,” katanya. (RI)