NUSA DUA – PT Pertamina (Persero) mendorong agar penerapan perdagangan karbon (Carbon Trading) ataupun pajak karbon (Carbon Tax) segera bisa diberlakukan. Hal itu dinilai bisa mendorong upaya untuk mencapai Net Zero Emissions tahun 2060.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, memastikan penerapan pajak maupun perdagangan karbon tidak akan menganggu bisnis Pertamina. Menurutnya kedua hal itu justru akan membuat rencana
penerapan teknologi Carbon Capture Utilization (CCU) / Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) akan tetap berjalan meskipun harga minyak kembali alami penurunan.

Pertamina sendiri memang terlihat cukup agresif untuk segera menerapkan CCU maupun CCUS. Menurut Nicke hal itu wajar karena sekarang adalah momen yang tepat ketika harga minyak sedang tinggi sehingga masuk secara keekonomian proyek CCUS.

“Memang butuh biaya besar nah harga minyak sedang tinggi seperti ini momentum yang tepat. Makanya ini kita terus dorong,” kata Nicke saat berbincang dengan awak media di Nusa Dua, Bali, Rabu (31/8).

Namun apabila harga minyak kembali turun, proyek CCU maupun CCUS dipastikan akan kembali mendapatkan tekanan. Pertamina memang tidak bisa berbuat banyak untuk mengatasi harga minyak namun menurut Nicke ada instrumen lain yang bisa memastikan CCU/CCUS bisa tetap berjalan yakni penerapan perdagangan dan pajak karbon.

“Itulah makanya kita harapkan ada perdagangan karbon ada pajak karbon jadi bisa tutup dari situ

Penerapan pajak karbon sendiri seharusnya dilakukan pada Juli tahun ini namun akhirnya pemerintah memutuskan hal itu ditunda. Penundaan itu menjadi yang kedua kalinya pada tahun 2022. Sebelumnya pemerintah sempat memutuskan pajak karbon bakal diterapkan pada April 2022. Selain pajak, perdagangan karbon juga ditunda pada April tahun ini juga.

Menurut Nicke keberadaan pajak dan perdagangan karbon nantinya untuk menjamin keeknomian proyek CCS/CCUS di kala harga minyak nanti kembali anjlok.

Dia menjelaskan harga minyak yang tinggi bisa menutupi besarnya biaya penerapan CCS/CCUS. Apalagi Pertamina berencana memanfaatkan gas yang ditangkap untuk meningkatkan produksi minyak.

“Kalau sekarang bisa ditutup sama kenaikan produksi. Pendapatan kenaikan produksi bisa nutup pengembangan injectionnya. Malah bisa meningkatkan keekonomian. Tapi kalau CCU, lawannya, injection. Makanya perlu ada carbon trading mechanism dan juga carbon tax,” kata Nicke.

Penerapan CCU/CCUS sendiri merupakan bagian dari delapan inisiatif Pertamina dalam rangka ikut bagian transisi energi. CCU/CCUS ke depannya akan vital. Pasalnya hingga kini dan beberapa tahun ke depan Indoensia masih akan membutuhkan energi fosil yang jumlahnya tidak sedikit. Tapi di sisi lain menggenjot produksi otomatis langsung berdampak pada emisi yang dihasilkan. Di situ lah CCU/CCUS bermain dengan menekan emisi dari kegiatan produksi migas. (RI)