JAKARTA– PT Indika Energy Tbk (INDY), emiten pertambangan batubara, mencatatkan pendapatan sepanjang Januari-September 2019 sebesar US$ 2,07 miliar, turun 5,04% dibandingkan periode sama tahun lalu. Penurunan pendapatan tersebut ditopang dari berkurangnya pendapatan ekspor perusahaan menjadi US$ 1,04 miliar hingga kuartal III 2019 atau turun 18,11% year-on-year.

Manajemen Indika memproyeksikan porsi penjualan ekspor batubara akan tetap besar. Tahun ini perusahaan memerkirakan produksi batubara PT Kideco Jaya Agung, anak usaha Indika, sebesar 34 juta ton. Sebanyak 70% hasil produksi batubara tersebut diekspor dan 30% sisanya dijual ke pasar domestik, termasuk pemenuhan kuota domestic market obligation (DMO) sebanyak 25%.

Leonardus Herwindo, Head of Corporate Communications Indika Energy, mengakui salah satu penyebabnya turunnya pendapatan perusahaan adalah berkurangnya pendapatan ekspor batubara kepada pelanggan perusahaan di luar negeri. Pendapatan ekspor mencapai 52% sehingga wajar apabila ekspor turun, akan memengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan.

“Kami terus mendorong efektivitas operasional seluruh anak usaha. Namun, tidak bisa batubara merupakan industri yang punya siklus tersendiri yang sangat dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran di pasar,” katanya di Jakarta, belum lama ini.

Menurut dia, pelemahan harga batubara yang berkelanjutan tahun ini memberi dampak signifikan terhadap laporan keuangan konsolidasi perusahaan. Saat ini pasar ekspor batubara terbesar Indika masih didominasi oleh China, yatu 37%, diikuti Korea Selatan 9%, dan India 7%.

Ekspor batu bara Indika dilakukan oleh Kideco Jaya Agung. Kideco menjual batubara sub-bituminous dengan kandungan sulfur rata-rata 0,1% dan kandungan abu rata-rata 2,1% hingga 4,9%. (RA)