JAKARTA — Direktur Eksekutif CESS (Center for Energy Security Studies) Ali Ahmudi Achyak memberikan catatan positif atas kinerja PT PLN (Persero) dalam langkah bisnis dan pelayanan yang luar biasa terkait penyediaan energi bersih menyusul meningkatnya penjualan Renewable Energy Certificate (REC) pada 2023.
 
“Pentingnya REC sebagai langkah dekarbonisasi, terutama di sektor industri dan bisnis, dijelaskan sebagai respons terhadap tuntutan zaman. Produk yang dihasilkan melalui energi bersih menjadi kunci daya saing industri saat ini,” katanya, Selasa (6/1/2024).

Diketahui, REC adalah layanan yang diberikan oleh PLN kepada pelanggan untuk memudahkan mereka memperoleh pengakuan atas penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) secara transparan, akuntabel, dan diakui secara internasional. Setiap sertifikat REC membuktikan bahwa listrik per megawatt-hour (MWh) yang digunakan berasal dari pembangkit EBT atau nonfosil.

Hingga akhir 2023, lebih dari 269 pelanggan telah memanfaatkan REC PLN, di mana sektor industri dan bisnis di wilayah Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, dan DKI Jakarta menjadi pengguna terbanyak.

Dia juga menjelaskan, terdapat 6 pembangkit PLN yang siap menyuplai listrik hijau untuk pelanggan REC, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang, PLTP Lahendong, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru, PLTP Ulubelu, PLTA Cirata dan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Lambur.

Menurutnya, banyak hal yang telah dilakukan PLN untuk mencapai net zero emissions/NZE pada 2060. “PLN itu sudah mengambil langkah yang luar biasa terkait transisi energi. Bahkan pada 2040, PLN sudah menargetkan 75% pembangkit mereka itu akan berubah ke energi terbarukan,” katanya kepada media.
 
Sebagai bukti, menurutnya, PLN sedang getol melakukan transisi energi dengan sejumlah cara antara lain dengan co-firing, menggenjot pemanfaatan gas, serta menambah kapasitas pembangkitan listrik melalui geothermal, angin dan matahari.
 
“Hal itu membuat pembangkitan listrik makin hijau dan perusahaan tersebut bisa mencapai NZE dalam waktu cepat. Perlu diketahui, kosep NZE adalah menyeimbangkan penggunaan energi fosil dan nonfosil. Bukan meniadakan penggunaan energi fosil ya,” ujarnya.
 
Ali menjelaskan, PLN sudah memprogramkan antara lain dengan melakukan co-firing yang mengurangi konsumsi batubara dengan dicampur secara perlahan komposisinya dinaikkan dengan biomasa. “Biomassa kan energi baru terbarukan,” ujarnya.
 
Ali menyebutkan ada 52 pembangkit listrik dari 114 pembangkit yang yang sudah siap membangkitkan listrik dengan co-firing. “Lebih khusus lagi di Sumatera dan Jawa yang sekitar 28 pembangkit listrik,” ujar Ali.
 
Terbukti, saat ini Renewable Energy Certificate (REC) PLN semakin diminati, dan pertumbuhannya pada 2023 menjadi lebih masif. Total penggunaan REC mencapai 3,54 TWh, mengalami peningkatan sebesar 101% dibandingkan dengan realisasi 2022 yang sebesar 1,76 TWh. Sejak diluncurkan pada tahun 2020 hingga akhir 2023, penjualan total REC PLN telah melebihi 5 Terrawatt hour (TWh).(RA)