JAKARTA – PT Darma Henwa Tbk (DEWA) telah mengimplementasikan strategi pengurangan biaya operasi melalui program perawatan alat yang efisien dengan global sourcing dan meningkatkan produksi dengan fleet produksi perseroan. Melalui strategi tersebut, Darma Henwa meraih volume removal material yang dihasilkan dari fleet produksi sebesar 54,82 juta bcm pada 2020, atau meningkat 6,6% dibanding 2019.

Kapasitas fleet produksi yang dimiliki Darma Henwa meningkat 16% pada 2020, dan biaya pemeliharaan alat menjadi US$20,82 juta, atau turun 33% dari tahun sebelumnya yang berdampak pada peningkatan ekspansi margin sebesar 2,1% pada 2020.

Dari sisi operasional, Darma Henwa mencatat produksi batu bara sebesar 16,58 juta ton pada 2020 dan overburden removal mencapai 111,60 juta bcm. Tambang batu bara Bengalon di Kalimantan Timur memegang porsi terbesar produksi Darma Henwa yakni 69%, diikuti oleh tambang batu bara Asam Asam di Kalimantan Selatan dan tambang batu bara Satui di Kalimantan Selatan.

Sepanjang 2020, pendapatan perusahaan yang terafiliasi dengan Grup Bakrie itu tercatat sebesar US$303,19 juta, turun 12,03% dibanding 2019 sebesar US$344,65 juta.

Prabhakaran, Wakil Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Darma Henwa, mengatakan penurunan pendapatan disebabkan Darma Henwa menghentikan salah satu subkontraktornya di tambang batu bara Bengalon pada pertengahan 2020, untuk mendapatkan keuntungan yang lebih ekonomis.

“Adanya penghentian subkontraktor dan inisiatif efisiensi biaya, membantu meningkatkan margin, meskipun pendapatan turun,” kata Prabhakaran, Jumat (4/6).

Margin operating EBITDA Darma Henwa pada 2020 meningkat sebesar 1,87% menjadi 14,03% pada 2020 dibanding 2019 sebesar 12,15%.

Darma Henwa juga mencatat operating EBITDA sebesar US$42,53 juta pada 2020, meningkat 1,5% dari US$41,89 juta pada 2019. Sementara laba bersih komprehensif tercatat sebesar US$2,33 juta pada 2020.

“Dari strategi menurunkan biaya perbaikan dan pemeliharaan alat, serta pengukuran efisiensi yang berkelanjutan dengan menggunakan peralatan sendiri ini, Darma Henwa mampu mengurangi biaya subkontraktor serta biaya sewa peralatan,” ungkap Prabhakaran.

Beban pokok pendapatan turun 8,71% menjadi US$295,73 juta pada 2020 dibanding 2019 sebesar US$323,93 juta.

Prabhakaran mengatakan perseroan berusaha memaksimalkan ketersediaan dan penggunaan peralatan yang ada, sehingga menghasilkan produksi yang lebih tinggi, sekaligus mengoptimalkan biaya melalui program pemeliharaan dan perawatan alat yang efisien dan global sourcing.

Dia menambahkan, biaya modal adalah biaya utama untuk bisnis kontraktor pertambangan. Untuk mencapai efisiensi biaya modal, di tahun 2020 DEWA telah memulai pembangunan workshop dan pusat perbaikan alat berat di Balikpapan. Workshop ini dilengkapi dengan fasilitas untuk rebuild, perbaikan, dan rekondisi alat berat, termasuk komponennya.

Darma Henwa akan memperbarui dan mengerahkan beberapa peralatan pada 2021 untuk memenuhi target volume yang lebih tinggi untuk kliennya PT Kaltim Prima Coal (KPC), PT Arutmin Indonesia (AI), dan PT Cakrawala Langit Sejahtera (CLS).

“Strategi ini akan membantu memberi nilai tambah kepada klien, yang akan mendorong Darma Henwa bersaing lebih baik dalam bisnis jasa pertambangan dan meningkatkan pangsa pasar,” kata Prabhakaran.

Selain menjaga produktivitas dan menekan biaya, Darma Henwa juga menunjukkan perbaikan dalam pengelolaan utang. Pada 2020, liabilitas perseroan turun 10,79% dari US$315,26 juta menjadi US$281,24 juta. Komponen liabilitas jangka panjang dan jangka pendek berkontribusi terhadap penurunan liabilitas tersebut.

Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER) Darma Henwa juga menurun. Pada akhir tahun 2020, rasio utang terhadap ekuitas Perseroan adalah 41,92%, turun dari sebelumnya 49,59%. Sementara itu, ekuitas tumbuh 15% dari US$234,26 juta menjadi US$269,40 juta didukung oleh laba dan revaluasi kepemilikan Darma Henwa di saham PT Pendopo Energi Batubara pada nilai pasar wajar. Pendopo Energi Batubara adalah pemilik tambang batu bara dengan cadangan lebih dari 1 miliar ton batu bara.

Pada akhir 2020, total aset Darma Henwa tumbuh 0,20% menjadi US$550,64 juta dari US$549,52 juta pada tahun 2019. Aset tetap meningkat seiring adanya program perbaikan dan refurbishment alat, yang akan mendukung strategi untuk lebih banyak pekerjaan in-house yang menggunakan peralatannya sendiri.

Pada 2020, Darma Henwa juga mengakuisisi aset konsesi tambang emas di Provinsi Aceh. Akuisisi aset tersebut sejalan dengan strategi untuk mendiversifikasi portofolionya dari batu bara ke mineral lainnya. Perseroan menargetkan untuk mengembangkan aset tersebut dalam beberapa tahun ke depan.

“Pada 2021, perseroan akan melanjutkan strateginya dengan membangun kembali lebih banyak peralatan yang akan membantu memperluas volume untuk kepentingan klien dan juga meningkatkan profitabilitasnya di masa mendatang,” kata Prabhakaran.(RA)