JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan nilai investasi Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar US$17,93 miliar untuk periode lima tahun kedepan. Nilai investasi tersebut diharapkan mampu menambah kapasitas pembangkit EBT sebesar 9.051 megawatt (MW).

“Skema pembiayaan proyek dalam negeri masih terbatas, potensi sangat besar tapi pemanfaatan ataupun demand masih masalah. Biaya produksi masih tinggi. seperti panas bumi masih di atas 10 sen,” kata Tony Susandy, Kasubdit Penyiapan Program Aneka EBT Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, dalam acara simposium baru-baru ini.

Tony menambahkan, ketergantungan peralatan EBT dari luar negeri masih sangat tinggi. Di samping itu, resistensi masyarakat terhadap proyek-proyek EBT khususnya panas bumi masih perlu banyak sosialisasi dan edukasi untuk meminimalisir resistensi.

Kementerian ESDM menerapkan prospek pengembangan pembangkit EBT pada tahun 2020 adalah sebesar 687 MW, tahun 2021 sebesar 1.001 MW, tahun 2022 sebesar 1.922 MW, tahun 2023 sebesar 1.778 MW dan tahun 2024 sebesar 3.664 MW.

“Keterbatasan infratruktur pendukung khususnya di kawasan Indonesia Timur menjadi penghambat pengembangan EBT, dan tentunya sifat intermiten pembangkit EBT,” tandas Tony. (RA)