JAKARTA – PT Chevron Pacific Indonesia akhirnya mau memangkas biaya pengembangan proyek Indonesia laut dalam (Indonesia Deepwater Development/IDD) seperti yang diminta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebagai syarat utama persetujuan rencana pengembangan (plan of development/PoD).

Arcandra Tahar, Wakil ESDM, mengatakan pemangkasan biaya proyek IDD ditaksir mencapai US$ 6 miliar.

“Kira-kira sekitar US$ 6 miliar cuttingnya (pemangkasan biaya), tadinya US$ 12,8 miliar, dipotong sekitar US$ 6 miliar,” kata Arcandra di Kementerian ESDM Jakarta, Selasa malam (26/6).

Pemerintah hingga saat ini masih menantikan proposal PoD proyek IDD secara resmi dari Chevron paling lambat pada 28 Juni 2018.

Menurut Arcandra, pemangkasan biaya pengembangan Gendalo-Gehem tidak lepas dari lobi dan evaluasi yang dilakukan pemerintah terhadap struktur biaya yang disodorkan tim Chevron. Pemerintah bahkan melakukan pembicaraan pemangkasan biaya dengan tim dari kantor pusat Chevron di Houston, Amerika Serikat beberapa waktu lalu.

“Chevron dengan Houston-nya, sejak sebelum puasa,” tukas dia.

PoD IDD tahap kedua sebenarnya sudah sempat disetujui pemerintah pada 2008.  Namun seiring perjalanan waktu pada 2013 setelah tahap front end engineering design (FEED), biaya yang dibutuhkan proyek tersebut meningkat dari sekitar US$6,9 miliar. Mulai melonjaknya harga minyak jadi alasan Chevron melakukan revisi PoD. Perusahaan yang dulu bernama Caltex itu kemudian  merevisi PoD tersebut dengan menambahkan permintaan credit investment.

Saat revisi proposal diserahkan,  pemerintah selalu menolaknya. Hal itu karena proposal tidak lengkap secara administrasi dan pihak Chevron meminta insentif yang tidak ada dalam kontrak, yakni credit investment.

Chevron meminta investment credit atau hak ganti rugi kepada pemerintah dengan persentase yang sangat tinggi, yakni sebesar 240%. Padahal, maksimal investment credit yang diminta kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) itu hanya 100%.

Arcandra menegaskan pemangkasan biaya proyek IDD bukan semata-mata disebabkan harga minyak dunia yang berbeda dengan saat Chevron meminta revisi PoD sebelumnya ketika harga minyak berada di posisi sekitar US$ 100an per barel.

Selain struktur pembiayaan, faktor utama pemangkasan biaya adalah penerapan teknologi yang tepat tanpa harus menghabiskan biaya ekstra. “Yang utama itu teknologi, the way that they develop, lalu teknologi komersial,” ungkap Arcandra.

Meskipun mengalami pemangkasan biaya cukup siginifikan, Kementerian ESDM menjamin produksi gas dari lapangan Gendalo-Gehem tidak akan terpengaruh. Dalam kajian awal  IDD Gendalo diperkirakan memiliki produksi sekitar 500 MMSCFD, sedangkan Gehem memiliki produksi sebesar 420 MMSCFD.

“Tidak terpengaruh, tetap (produksinya),” tandas Arcandra.(RI)