JAKARTA – Pemerintah kembali mendesak PT PLN (Persero) untuk bisa membangun pencampuran batu bara atau Coal Blending Facility untuk antisipasi potensi kesulitan pasokan batu bara untuk pembangkitnya.

Ridwan Djamaluddin, Dirjen Mineral dan Batu bara (Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menyatakan selama ini harus diakui penerapan kewajiban pasok batu bara untuk kebutuhan dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO) tidak mudah lantaran tidak seluruh spesifikasi batu bara yang diproduksi oleh Badan Usaha (BU) Pertambangan memiliki pasar dalam negeri dan dapat diserap oleh pasar domestik.

Untuk itu dia mendorong PLN berinisiatif menyelesaikan masalah tersebut tidak sendiri melainkan bermitra juga dengan badan usaha lainnya.

“Kami mendorong PLN khususnya atau perusahaan pengguna yang lain untuk membangun fasilitas pencampuran batubara (coal blending facility) yang dikelola BUMN/Swasta untuk mengolah berbagai spesifikasi batu bara agar sesuai dengan kebutuhan dalam negeri,” kata Ridwan (16/11).

Menurut dia saat ini pemerintah juga tengah menyusun strategi untuk bisa meningkatkan DMO. “Kami sedang melakukan diskusi, pendalaman, dan wacana-wacana untuk lebih meningkatkan daya guna kebijakan DMO 25%,” ujar Ridwan.

Strategi yang tengah digodok misalnya dengan skema pengenaan dana kompensasi bagi BU pertambangan yang tidak memenuhi kewajiban DMO. “Dana kompensasi ini dapat juga digunakan untuk berbagai keperluan dalam mendukung tingkat kesesuaian produk batu bara baik sebagai tambahan subsidi atau dukungan pendanaan untuk coal blending facilty,” ungkap Ridwan.

Dia menjelaskan konsumsi batu bara dalam negeri selama ini lebih kecil dibandingkan dengan tingkat produksi batu bara nasional. Di samping itu, tidak semua BU pertambangan memiliki kesempatan kontrak penjualan dengan pengguna batu bara dalam negeri.

Dalam realisasi produksi batu bara nasional hingga Oktober 2021 sudah mencapai 512 juta ton atau 82% dari target yang ditetapkan pada tahun 2021 sebesar 625 juta ton. Sementara tingkat realisasi DMO baru sebesar 110 juta ton. (RI)