Peta potensi shale gas di seluruh dunia.

Peta potensi shale gas di seluruh dunia.

JAKARTA – Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko PT PGN (Persero) Tbk, M Wahid Sutopo mengaku tidak khawatir dengan produksi besar-besaran shale gas di Amerika Serikat. Ia yakin pasar potensial Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu di dalam negeri, belum akan terpengaruh.

Keyakinan ini diperoleh Wahid Sutopo, setelah melakukan diskusi dengan sejumlah analis di sektor energi, termasuk analis dari sejumlah lembaga internasional. “Beberapa ahli yang kami temui mengatakan, shale gas masih akan lebih banyak memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri Amerika,” ujarnya di Jakarta pekan lalu.

Wahid menuturkan, Pemerintah Amerika masih akan memfokuskan produksi shale gas, untuk mendukung ketahanan energi di dalam negerinya. Seperti diketahui, Amerika saat ini sedang bersaing ketat dengan China, negara dengan ekonomi paling maju di dunia.

“Kalau barang-barang China bisa bersaing di pasar karena tenaga kerjanya murah, Amerika berusaha bersaing dari sisi energi murah, gas murah, dan itu diupayakan dari shale gas. Kalau toh ada dampaknya ke pasar gas Indonesia, tidak akan signifikan,” tutur Wahid.

Wahid pun mencatat, hingga saat ini Pemerintah Amerika masih sangat membatasi ekspor shale gas. Baru dua terminal shale gas di Amerika yang mendapat izin ekspor dari pemerintah. Selebihnya, produksi besar-besaran shale gas Amerika dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

“Justru kalau shale gas masuk ke Indonesia, PGN yang untung. Karena itu berarti suplai gas dari produsen di hulu bertambah, dan PGN dapat memperoleh gas dari produsen dengan harga lebih murah. Dengan begitu, harga jual gas PGN ke konsumen dalam negeri pun lebih kompetitif,” kata Wahid lagi.  

Dalam catatan Dunia Energi, baru batubara yang terkena terjangan produksi besar-besaran shale gas Amerika. Maklum, sebagian besar pasar batubara Indonesia adalah di luar negeri, termasuk ke Amerika. Ketika Negeri Paman Sam itu mulai memanfaatkan shale gas, permintaan batubara pun anjlok, dan harganya tak kunjung membaik siginifikan sejak turun drastis pada pertengahan 2012 lalu.

Shale gas adalah gas yang diperoleh dari serpihan batuan “shale” atau tempat terbentuknya gas bumi, dan tergolong gas nonkonvensional. Proses yang diperlukan untuk mengubah batuan shale menjadi gas, membutuhkan waktu sekitar lima tahun. Amerika Serikat saat ini telah mampu memproduksi shale gas sebesar 27 miliar kaki kubik per hari, atau sama dengan 27 juta mmbtu.

(Abraham Lagaligo / abrahamlagaligo@gmail.com)