JAKARTA – PT PAL Indonesia, Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di industri galangan kapal, menyatakan mampu membangun reaktor thorium (Thorium Molten Salt Reactor/TMSR) berkapasitas 500 megawatt (MW) pertama di Indonesia. PAL Indonesia sebelumnya telah menandatangani nota kesepahaman dengan Thorcon International Pte, Ltd untuk mengembangkan komponen TMSR500 Power Plant atau reaktor desain pembangkit listrik tenaga thorium (PLTT) dan Test Bed Platform.

Sutrisno, Direktur Rekayasa Umum, Pemeliharaan & Perbaikan PAL Indonesia, mengatakan beberapa tantangan telah diidentifikasi oleh PAL beserta Thorcon dan diyakini dapat diatasi dengan baik.

“Setelah mempelajari desain dengan hati-hati selama berbulan-bulan, kami yakin dapat melakukan pekerjaan dalam membuat reaktor Thorcon TMSR 500 yang kompetitif seperti buatan Korea dengan kualitas yang sama dan tepat waktu. Perkiraan biaya dan jadwal waktu pengerjaan dapat diserahkan paling lambat akhir tahun ini,” kata Sutrisno kepada Dunia Energi, Kamis (10/10).

Sutrisno mengatakan tahapan proses pembuatan reaktor dan test bed platform adalah pada awal 2020, uji dan persetujuan / sertifikasi oleh otoritas pada 2020-2021, dan fabrikasi untuk komersial pada 2022-2025.

Nilai proyek pengembangan komponen Thorium Molten Salt Reactor 500MW (TMSR500) Power Plant dan Test Bed Platform, berkapasitas 500 MW mencapai Rp1 triliun.

Thorcon International adalah Independent Power Producer (IPP) yang telah menyatakan keseriusan kepada pemerintah untuk melakukan investasi sebesar US$1,2 miliar atau sekitar Rp17 Triliun untuk membangun PLTT di Indonesia.

Kick off meeting antara PAL Indonesia dan Thorcon diadakan pada tanggal 9 – 10 Oktober 2019 di Surabaya, Jawa Timur. Acara dihadiri Lars Jorgensen, Perancang dan CEO Thorcon, yang melakukan diskusi tentang teknik detail untuk insinyur senior PAL yang dipimpin oleh direktur PAL, Sutrisno.

Sutrisno menekankan bahwa proyek ini penting untuk bisnis masa depan bagi 1.500 karyawan dan relevan dengan visi perusahaan untuk melakukan diversifikasi dari industri maritim ke industri energi karena sektor energi memiliki banyak permintaan di masa depan.

“Karenanya, kami mulai lebih awal dan berkolaborasi dengan mitra yang kredibel sehingga kami bisa menjadi pemimpin di sektor ini,” ujarnya.

Lars Jorgensen menambahkan bahwa pihaknya terkesan dengan perhatian PAL dan berharap BUMN yang bergerak di industri galangan kapal ini dapat memproduksi reaktor di Indonesia.

Menurut Sutrisno, kontrak dengan Thorcon tidak hanya sejalan dengan rencana perusahaan saat ini untuk diversifikasi ke sektor energi, yang suatu hari nanti bisa mengimbangi pendapatan dari pembuatan kapal.

“PAL akan menjadi perusahaan pertama di dunia yang memproduksi desain reaktor canggih yang akan mendorong PAL sebagai pemimpin dunia dalam industri nuklir setara dengan Korea Selatan, Cina dan Rusia,” tandas Sutrisno.(RA)