JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) optimistis pembangunan jaringan listrik smart grid mampu mempercepat proses elektrifikasi bagi masyarakat yang tinggal di wilayah 3T (Terdepan, Tertinggal, dan Terluar).

Arifin Tasrif, Menteri ESDM, menyatakan teknologi smart grid tidak terbatas hanya pada Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saja, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk otomasi sistem kelistrikan yang efisien di daerah 3T dengan memanfaatkan energi terbarukan setempat melalui konsep Smart Micro Grid.

Teknologi smart grid juga dinilai dapat meningkatkan partisipasi konsumen listrik dalam sistem ketenagalistrikan dengan pemasangan smart meter yang menggunakan konsep komunikasi dua arah. “Konsumen akan berubah menjadi prosumer atau konsumen yang bisa memproduksi listrik mereka sendiri, baik menggunakan Solar Home System atau Mikrohidro,” kata Arifin, Selasa (2/3).

Menurut Arifin, melalui pembangunan teknlogi diharapkan rasio elektrikasi nasional terus meningkat, yang hingga akhir tahun lalu sudah mencapai 99,20%.

Topografi Indonesia bukan dianggap sebagai hambatan bagi pemerintah dalam menyediakan akses listrik ke masyarakat. Untuk itu, peran pemerintah daerah juga dinilai penting dalam pengembangan smart grid untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di daerah masing-masing. Hal ini sejalan dengan amanat Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang ESDM sebagai turunan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

“Salah satu amanat di PP tersebut adalah pemerintah daerah menyediakan anggaran untuk masyarakat kurang mampu dan dapat menggunakan dana tersebut untuk membangun teknologi smart grid untuk mempercepat capaian rasio elektrifikasi di wilayah masing-masing,” kata Arifin.(RI)