JAKARTA – Pemerintah mendorong agar Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) diterapkan industru hulu migas. Indonesia memiliki target tinggi terkait produksi migas tapi di sisi lain penurunan emisi lingkungan juga jadi fokus utama. Unutk itu CCUS akan menjadi bagian penting dalam pengembangan lapangan migas di Indonesia untuk meningkatkan produksi sekaligus mengantisipasi emisi karbon.

Tutuka Ariadji, Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan CCUS akan jadi solusi bagi dua isu sekaligus pertama isu lingkungan berikutnya isu peningkatan kinerja lapangan-lapangan produksi migas tanah air melalui mekanisme Enhanced Oil Recovery (EOR).

“Dalam perkembangan energi global saat ini, CCUS menjadi salah satu bahasan penting dalam mengurangi emisi CO2 dan juga digunakan dalam EOR,” kata Tutuka (9/9).

Menurut dia, penggunaan teknologi bersih seperti CCUS menjadi pertimbangan utama untuk memastikan ketersediaan, keterjangkauan, keberlanjutan dan daya saing untuk mencapai kedaulatan energi serta ketahanan iklim dan rendah karbon.

“Teknologi bersih seperti CCUS sangat dibutuhkan untuk menciptakan energi hijau. Gas sendiri merupakan energi fosil yang dapat menjadi energi ramah lingkungan dengan teknologi CCUS,” jelas Tutuka.

Potensi CO2 yang tersimpan dari CCUS yang berasal dari Lapangan Gundih, Sukowati dan Tangguh diperkirakan sekitar 48 juta CO2.

Kajian penerapan CCUS pada lapangan-lapangan migas di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 2011 yaitu di Lapangan Gundih, Jawa Tengah, bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), J-Power dan Janus.

Selain itu, proyek CO2-EOR di Lapangan Sukowati oleh Pertamina EP, Japan Petroleum Exploration (Japex) dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Migas Lemigas. Kemudian proyek CO2-EOR di Lapangan Limau Biru oleh Japex dan Lemigas yang juga terlibat di proyek MRV Methodology.

“Proyek lainnya adalah CO2 Source-Sink Match oleh ITB dan Janus, serta proyek CCUS/CO2-EGR di Tangguh oleh BP Berau Ltd. dan ITB,” papar Tutuka.

Kemudian ada empat proyek potensial lainnya yaitu Banggai Ammonia Plant di Sulawesi Tengah oleh Panca Amara Utama, Jogmec, Mitsubishi dan ITB. Juga CCS Study di Lapangan Sakakemang oleh Repsol, proyek CCS/CCUS di Lapangan Abadi Masela oleh Inpex, serta Blue Ammonia Production menggunakan sequestration CO2 oleh Toyo Engineering Corporation, Pupuk Kalimantan Timur dan Pertamina Hulu Energi.