JAKARTA – PT Pertamina (Persero) optimistis proyek kilang masih menjadi prioritas dan dapat terlaksana dengan lancar sehingga dapat memenuhi kebutuhan energi, khususnya BBM dan petrokimia di dalam negeri.

Proyek-proyek kilang akan meningkatkan kapasitas produksi bahan bakar Pertamina dari saat ini sebesar 600 ribu barel per hari (bph) menjadi 1,7 juta (bph).

Total ada enam megaproyek kilang, empat proyek perluasan (Refinery Development Master Plan/RDMP) yakni RDMP Refinery Unit (RU) V Balikpapan; RDMP RU IV Cilacap; dan RDMP RU VI Balongan, RDMP RU II Dumai, serta dua proyek pembangunan kilang minyak dan petrokimia baru (Grass Root Refinery/GRR) Tuban dan GRR Bontang.

Ignatius Tallulembang, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, mengatakan Pertamina berupaya mempercepat penyelesaian proyek-proyek kilang tersebut agar segera memberi manfaat bagi negara dan bangsa Indonesia di antaranya menghasilkan bahan bakar yang ramah lingkungan, mengurangi impor BBM dan petrokimia, meningkatkan cadangan devisa dan penerimaan pajak.

“Megaproyek kilang minyak akan mendukung kemandirian dan ketahanan energi nasional sekaligus memperkuat keuangan negara,” kata Tallulembang di Jakarta, Rabu (24/4).

Kilang masih menjadi prioritas lantaran jika tidak dikerjakan maka dampak negatifnya akan dirasakan juga oleh Pertamina.

Menurut Tallulembang, tahapan setiap proyek lebih cepat dari jadwal normal. Hal tersebut terlihat pada rincian pencapaian inisiatif dan rencana strategis ke depan megaproyek kilang Pertamina tersebut.

Pada 2018, proyek GRR Tuban telah mencapai sejumlah target strategis antara lain penyelesaian bankable feasibility study (BFS), tender seleksi process licensor, general engineering design (BED) dan front end engineering design (FEED). Serta izin penetapan lokasi lahan eks masyarakat seluas 493 hektare dari Gubernur Jawa Timur.

“Target selanjutnya adalah penandatangan kontrak process licensor, general engineering design consultant, dan PMC, pengoperasian perusahaan patungan secara penuh, pelaksanaan pembebasan lahan tahap II, dan pelatihan tenaga kerja lokal,” kata Tallulembang.

Untuk RDMP Balikpapan, pencapaian strategis pada 2018 antara lain penandatanganan kontrak engineering, procurement, and construction (EPC) ISBL OSBL pada 10 Desember 2018, penyelesaian pekerjaan pendahuluan (early works) tahap I seperti apartemen, site development tahap I, dan jetty, persetujuan FID RDMP tahap I dan II, perolehan izin amdal, serta pelatihan 924 tenaga kerja lokal.

Langkah selanjutnya dari RDMP Balikpapan antara lain pelaksanaan EPC ISBL OSBL, pendirian PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB), penyelesaian pekerjaan early works tahap II seperti site development tahap II dan Lawe-lawe, pengendali banjir kilang dan apartemen, serta modifikasi 34 unit tangka, dan penyelesaian bidding paket EPC Lawe-lawe.

Proyek RDMP Cilapap, pencapaiannya antara lain perolehan sejumlah izin seperti penetapan lokasi, amdal, RTRW, dan relokasi fasilitas publik, pembebasan lahan KIC, studi BED, memperoleh konfirmasi pendahuluan tax holiday, dan perolehan izin prinsip spin off aset RU Cilacap dari Menteri BUMN.

“Adapun target ke depan RDMP Cilacap antara lain penyelesaian kesepakatan JVDA dan valuasi aset dengan mitra Saudi Aramco, persetujuan pre investment decision, pelaksanaan early works seperti site development, rute ulang jalan, dan fasilitas umum, serta penyelesaian engineering proyek,” jelas dia.

Untuk GRR Bontang, pencapaian strategis pada 2018 adalah penandatanganan frame work agreement (FWA) dengan mitra Overseas Oil Group (OOG) Oman pada 10 Desember 2018. Langkah berikutnya antara lain penetapan lokasi kilang, akuisisi lahan, penyesuaian RTRW, penyelesaian BFS, serta memulai pekerjaan BED dan FEED.

Sedangkan, RDMP Balongan, pada 2018 sudah dilakukan FWA proyek petrokimia dengan China Petroleum Company (CPC) Taiwan pada 11 Oktober 2018 dan penyelesaian tender konsultan untuk pre FEED survival phase, linier programming flexibility phase, dan FS proyek petrokimia.

Langkah berikutnya adalah penyelesaian FS pre FEED survival phase, linier programming FS flexibility phase, dan FS proyek petrokimia; pelaksanaan tender dan kontrak dua bid competition (DBC) bagi proyek survival phase; penyelesaian izin amdal untuk survival phase; dan penyelesaian pengadaan lahan untuk lokasi RDMP dan petrokimia termasuk opsi reklamasi.

Ignatius menambahkan di luar proyek RDMP dan GRR, proyek strategis lainnya yang tengah dikerjakan Pertamina adalah Proyek Pengembangan Green Refinery RU III Plaju, Proyek SPL/SPM Balongan, dan Proyek Langit Biru RU IV Cilacap (PLBC).

Untuk RU III Plaju, akan dikembangkan mejadi pilot project pengembangan green refinery dimana saat ini telah berhasil dilakukan implementasi Co-Processing CPO (Crude Palm Oil) yang menghasilkan Green Gasoline dan Green LPG. Dalam jangka panjang, Pertamina telah melakukan kerjasama dengan ENI, perusahaan minyak asal Italia yang menjadi pelopor konversi kilang pertama di dunia.

Untuk Proyek Pipa Bawah Laut (SPL) dan Fasilitas Bongkar Muat Minyak Mentah (SPM) RU VI Balongan, pada 27 Desember 2018 telah diselesaikan mechanical completion. Sedang, langkah selanjutnya adalah operational acceptance, pengalihan aset ke RU Balongan, dan pemasangan permanen buoy.(RI)