JAKARTA – Peluang PT Pertamina (Persero) untuk tetap terlibat dalam pengelolaan cadangan gas terbesar di tanah air, blok East Natuna masih terbuka. Pemerintah memang berencana untuk mengambil alih blok tersebut dari Pertamina dan dilelang ulang lantaran tidak kunjung dikembangkan oleh perusahaan migas pelat merah itu.

Dwi Soetjipto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengungkapkan keterlibatan Pertamina di East Natuna memang masih memungkinkan, akan tetapi perannya tidak sebesar yang dulu sempat diemban Pertamina saat diberikan tanggung jawab sebagai badan usaha yang ditugaskan untuk kembangkan East Natuna.

Menurut Dwi potensi minyak yang ada di Natuna bisa menjadi pilihan realistis bagi Pertamina.

“Yang minyaknya, kita akan dorong minyaknya supaya cepat dan Pertamina sudah mulai serius untuk menyampaikan proposalnya,” kata Dwi ditemui di Kementerian ESDM, Jumat (9/12).

Kemungkinan masih terlibatnya Pertamina kata Dwi tidak lepas dari rencana pemerintah untuk membagi blok East Natuna menjadi beberapa blok terpisah. Menurut Dwi East Natuna sebelumnya merupakan blok yang sangat besar dengan tingkat kesulitan sangat tinggi.

“East Natuna itu kan ada beberapa lapangan jadi yang Pertamina kembalikan tidak tertarik yang lapangan gas D-Alpha itu karena CO2 nya tinggi,” ujar Dwi.

Pemerintah akhirnya mengambil alih blok East Natuna yang sebelumnya sudah ditugaskan kepada PT Pertamina (Persero). Saat ini administrasi untuk melelang kembali blok yang diklaim kaya akan potensi gas itu sudah sedang diproses pemerintah agar tidak lama lagi bisa dilelang ulang.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan potensi gas di Natuna memang besar akan tetapi kandungan CO2-nya juga tinggi sehingga secara teknikal cukup sulit dikembangkan. Itu juga yang membuat Pertamina tidak kunjung mengembangkan blok East Natuna. Ketersediaan teknologi serta biaya tinggi jadi faktornya.

Namun demikian menurut Arifin dengan kemajuan teknologi yang telah ada sekarang banyak perusahaan lain yang memiliki teknologi untuk bisa memanfaatkan tingginya kandungan CO2 di blok East Natuna.

“Kita lagi bahas natuna ini bagaimana ini bisa diberdayakan kembali sekarang kan sudah ada teknologi carbon capture gas Natuna ini kan 70% CO2 nah bisa nggak itu nanti kita tawarkan sehingga gasnya itu bisa diinjeksi,” kata Arifin belum lama ini di Jakarta. (RI)