JAKARTA – Pemerintah terus berupaya mengoptimalkan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) agar dapat mencapai target 23% pada bauran energi nasional tahun 2025 sebagaimana amanah Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Ini sejalan dengan komitmen untuk melaksanakan Paris Agreement dan mendukung perwujudan energi bersih dan berkelanjutan di Indonesia.

Dari total target EBT tersebut, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) ditargetkan mencapai 6,4 giga watt (GW). PLTS diyakini merupakan energi terbaik dalam mempercepat pencapaian target bauran energi di Indonesia sebesar 23%, dikarenakan energi matahari yang mudah didapat dan mampu diproses dalam waktu cepat.

Harris, Direktur Aneka Energi Terbarukan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian ESDM, mengatakan  salah satu upaya dilakukan dengan menjalin sinergi bersama sejumlah institusi pemerintah untuk merealisasikan pemanfaatan lahan bekas tambang guna pengembangan PLTS.

“Pembahasan terkait pemanfaatan lahan bekas tambang untuk PLTS melibatkan banyak institusi, PTBA, Pemda, Ditjen Minerba, EBTKE, PT PLN (Persero). Membahas terkait lokasi, kapasitas, sistem PLN, regulasi, dan lainnya. Hal-hal ini masih dibahas,” kata Harris kepada Dunia Energi, Selasa (21/7).

Menurut rencana, pemanfaatan lahan bekas tambang untuk pengembangan PLTS akan dilakukan Tanjung Enim dengan kapasitas 50 MW dan Umbilin 27 MW.

Sumber EBT dari cahaya matahari/solar potensinya sebesar 207 GWp dengan realisasi saat ini sebesar 0,1 GWp.
Kementerian ESDM menargetkan nilai investasi EBT sebesar US$ 41,2 miliar untuk periode 2020 – 2025. Prospek pengembangan pembangkit EBT pada tahun 2020 adalah sebesar 687 MW, tahun 2021 sebesar 1.001 MW, tahun 2022 sebesar 1.922 MW, tahun 2023 sebesar 1.778 MW, tahun 2024 sebesar 3.664 MW, dan tahun 2025 8.363 MW. Total tambahan pembangkit EBT selama periode 2020 – 2025 adalah 17. 413 MW.

Menurut International Energy Agency (IEA), tenaga surya telah menyuplai sekitar 592 Giga Watt atau hanya sekitar 2,2% saja dari pemakaian tenaga listrik dunia sebesar 26,571 Giga Watt di tahun 2018. Setelah maraknya pemasangan Photovoltaic (PV), maka pemakaian tenaga surya meningkat menjadi 100 Giga Watt atau 20% dari pemakaian listrik dunia. Lebih dari 90% pemasangan panel photovoltaic (PV) dibuat dari kristal silicon.

Berdasarkan laporan International Renewable Energy Agency (IRENA), pembangkit tenaga surya sudah sangat kompetitif dibandingkan pembangkit dari energi fosil, seperti dari minyak, gas dan batubara, dengan rata-rata harga listrik turun sekitar 75% atau dibawah 10 cent US$/KWh.(RA)