JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) subholding gas dibawah PT Pertamina (Persero) akan memasok kebutuhan gas untuk lima kilang yang dioperasikan Pertamina. Rencananya pasokan gas akan mulai disalurkan pada 2021.

Rachmat Hutama, Sekretaris Perusahaan PGN, mengatakan konversi bahan bakar kilang dari minyak menjadi gas merupakan program prioritas. Selama ini kilang tersebut menggunakan bahan bakar minyak dalam operasinya.

“Volume penyaluran gas (untuk kilang) ini dalam jangka pendek mencapai 90 BBTUD,” kata Rachmat di Jakarta, Rabu (28/8).

Pemanfaatan gas diharapkan dapat membuat operasional kilang menjadi lebih efisien. Berdasarkan data PGN potensi penghematan minyaknya bisa mencapai 16,4 ribu barel per hari (bph).

Selain itu, penggunaan gas di dalam negeri juga lebih optimal dan multiplier effect bagi negara dapat lebih besar. Secara langsung, optimalisasi gas ini akan memberikan ruang pendapatan bagi PGN untuk memperluas pengembangan infrastruktur gas di seluruh Indonesia.

Lima kilang yang akan diubah bahan bakarnya ke gas adalah Kilang Dumai di Riau, Balongan di Jawa Barat, Cilacap di Jawa Tengah, Balikpapan di Kalimantan Timur, serta kilang petrokimia PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) yang telah diambil alih Pertamina. Konversi akan dilakukan secara bertahap hingga tiga tahun ke depan.

Menurut Rachmat, dengan menggunakan gas maka secara otomatis penggunaan minyak yang selama ini kebutuhannya  sebagai bahan bakar juga akan berkurang.

Menurut Rachmat, konversi bahan bakar kilang menjadi gas ini akan diselesaikan dalam tiga tahun. “Untuk 2019-2021, kami akan fokus percepatan untuk penyediaan di lima kilang, yaitu tiga kilang di Pulau Jawa, satu kilang di Pulau Kalimantan, dan satu kilang di Dumai,” papar dia.

Untuk pasokan gas ke Kilang Dumai, sebenarnya telah terealisasi. PT Pertamina Gas (Pertagas), anak usaha PGN, telah mengalirkan gas ke kilang tersebut sejak April lalu. Pipa Duri-Dumai Tahap II akan mengalirkan gas sebesar 22,7 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Pasokan ini akan naik bertahap menjadi 57 mmscfd hingga mencapai daya pasok maksimal sebesar 170 mmscfd.

“Integrasi Subholding Gas di bawah Holding Migas akan memperkuat penyediaan energi bersih untuk kilang Pertamina,” tutur Rachmat.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebelumnya memprediksi kebutuhan gas untuk operasional kilang minyak cukup besar. Satu komplek kilang biasanya membutuhkan gas sekitar 100-200 mmscfd.

“Jika seluruh kilang beroperasi sepenuhnya dengan menggunakan gas sebagai bahan bakarnya, kebutuhan gas nasional akan meningkat,” kata Waras Budi Santosa, Kepala Divisi Monetisasi Minyak dan Gas Bumi SKK Migas.(RI)