JAKARTA – Perluasan program mandatory biodiesel 20% atau B20 di sektor ketenagalistrikan meleset dari target. Hingga 13 Oktober 2018, PT PLN (Persero) mencatat pengunaan B20 baru 47% dari target.

Data perbandingan penggunaan bahan bakar minyak jenis High Speed Diesel (HSD) dan B20 PLN  sejak 1 September hingga 13 Oktober 2018 menyebutkan, rencana pemakaian HSD untuk tujuh unit PLN, yakni Regional Sumatera, Jawa bagian Barat, Jawa bagian Tengah, Jawa bagian Timur, Bali dan Nusa Tengggara, Regional Sulawesi, Regional Kalimantan serta Regional Maluku dan Papua adalah sebesar 42.698 kiloliter (KL). Untuk realisasi penggunaan HSD mencapai 774% atau 330.289 KL.

Realisasi pelaksanaan penggunaan B20 ternyata baru 47% dari target atau baru terealisasi 142.246 KL dari rencana pengunaan sebesar 304.773 KL.

Djoko R Abumanan, Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur Bali dan Nusa Tenggara PLN, mengungkapkan salah satu kendala utama dalam serapan B20 PLN adalah pasokan B20. Ini terjadi di wilayah timur Indonesia.

“Di Timur sih (kendala). Transportasi kan di sana masalahnya,” kata Djoko di Jakarta, Jumat (19/10).

Menurut Djoko, pada dasarnya fasilitas PLTD milik PLN yang biasanya menggunakan HSD sudah siap untuk menyerap B20. Kalaupun ada yang harus dipersiapkan alat tambahan PLN juga siap. Sekarang yang harus diperhatikan adalah masalah pasokan B20.

“Sebetulnya begini, bukan di kami  tapi penyedia B20. (PLN) Tinggal beli filter sajalah,” ungkapnya.

PLN menyatakan HSD murni yang melewati rencana berada di Jawa Bali dan Nusa Tenggara disebabkan penggunaan HSD untuk pengoperasian PLTG yang mengantikan PLTU yang mengalami gangguan.

Konsumsi HSD di wilayah Maluku dan Papua juga meningkat melampaui recana penggunaan karena belum ada pasokan B20 di daerah Papua dan sebgaian Maluku.

Dalam data terlihat bahwa untuk di Jawa bagian Barat dan Tengah, penggunaan HSD tidak ada alias 0, sementara untuk Jawa bagian Timur, Bali dan Nusa Tenggara sebenarnya rencana penggunaan HSD hanya 12.385 KL. Akan tetapi realisasi pemakaiannya untuk Jawa bagian Barat 12.179 KL lalu Jawa bagian Tengah 83.905 KL dan Jawa bagian Timur Bali Nusa Tenggara 96.704 KL

Sementara untuk wilayah Maluku dan Papua dalam perencanaan 2.037 KL dan realisasi pemakaiannya mencapai 50.929. Padahal B20 di Maluku dan Papua diproyeksikan terserap sebanyak 49.198 KL, tapi realisasinya hanya 6.547 KL.(RI)