JAKARTA – Pemerintah kembali membuka keran ekspor nikel kadar rendah setelah sempat distop sejak 28 Oktober lalu. Keputusan tersebut diambil setelah dilakukan evaluasi terhadap perusahaan atau produsen yang melakukan ekspor nikel.

Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, mengatakan dari hasil evaluasi terungkap sebagian perusahaan memenuhi ketentuan. Untuk itu pemerintah mengizinkan kembali ekspor bagi yang sudah terbukti tidak melanggar aturan.

“Sekarang posisinya lagi dirapatin sama Pak Bahlil (Kepala BKPM), tapi semua yang telah memenuhi ketentuan itu akan dilepas (ekspor). Saya rasa sudah sebagian (dievaluasi),” kata Luhut di kantornya, Jakarta, Kamis (7/11).

Selama hampir dua pekan tim gabungan terdiri dari Kementerian ESDM, Bea Cukai, Pemda yang melakukan investigasi praktik dugaan penyelewengan ekspor oleh produsen nikel. Investigasi dilakukan berupa audit lapangan yang melihat langsung progres pembangunan smelter.
Saat ini ada 37 smelter dibangun di Indonesia. Dari jumlah itu 7 smelter hampir mencapai 100% dan sudah ada yang beroperasi. Sementara 30 smelter lainnya masih dalam tahap pembangunan.

Pemerintah mendapatkan laporan selama kurun waktu Agustus-September lalu terjadi lonjakan ekspor yang terlihat dari jumlah armada kapal. Tercatat sekitar 150 armada yang membawa bijih nikel keluar Indonesia. Sementara rata-rata armada sebelum Agustus sekitar 30 kapal.

Sayangnya Luhut tidak membeberkan seperti apa temuan dari hasil investigasi tersebut. Termasuk berapa banyak perusahaan yang terbukti melanggar kuota serta seperti apa sanksinya. Dia hanya menjelaskan hasil investigasi sudah dievaluasi dan akan dipaparkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

“Saya enggak tahu detailnya. Pak Bahlil (Kepala BKPM) nanti yang menjelaskan,” ujarnya.

Sementara itu Bahlil Lahadalia, Kepala BKPM mengungkapkan akan ada pembahasan lanjutan mengenai ekspor nikel. BKPM kata dia akan mengundang kementerian terkait serta pengusaha nikel untuk merumuskan nasib ekspor tersebut. “Kami hari Senin (pekan depan) akan bahas kelanjutan dari ekspor ore,” kata Bahlil.(RI)