JAKARTA – Tantangan dalam proses transisi alih kelola blok Rokan terus ditemui. Kali ini PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) yang melakukan kegiatan pengeboran di Rokan sebagai amanat dari kewajiban yang diberikan pemerintah untuk menjaga level produksi Blok Rokan mengalami tantangan yang sangat serius yakni kekurangan rig.

Fatar Yani Abdurrahman, Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengungkapkan target pengeboran yang dilakukan Chevron selama masa transisi dikhawatirkan tidak akan bisa mencapai target lantaran ketersediaan rig yang minim.

“Mengebor sisa sumur CPI sebagai investasi akhir tapi yang menikmati sebagian besar minyaknya Pertamina, bukan CPI. Karena ketersediaan rig di market, bisa enggak keuber 100%,” kata Fatar Yani kepada Dunia Energi, Rabu (26/5).

Sejatinya untuk mengejar target pengeboran yang sudah disepakati Chevron dan pemerintah dibutuhkan sebanyak 18 rig, tapi apa daya hingga kini jumlah rig yang digunakan Chevron maupun Pertamina nanti ternyata jauh dari yang seharusnya digunakan. Belum lagi ada rig yang sampai sekarang ternyata belum pasti bisa digunakan atau tidaknya.

“Rig perlu 18, total dengan PHR. Masak CPI saja cuma dapat enam dan empat lagi enggak jelas rignya,” ungkap Fatar Yani.

Menurut Fatar, seharusnya sudah ada tambahan dua rig yang sempat dibahas pada April. Sedikitnya rig yang digunakan CPI dan Pertamina nanti setelah jadi operator pada tahun ini lantaran kondisi rig dipasaran yang memang sedang sulit untuk didapatkan.

“Enggak ada di market (rignya). Banyak rig, tapi perlu perlu perbaikan 2-6 bulan.. Jadi memang pasarnya tidak siap,” ujar Fatar Yani.

Fatar Yani mengatakan baik kontraktor maupun SKK Migas tidak mau mengambil risiko untuk urusan rig lantaran sangat vital bagi standar pengeboran yang ada. “Kan tidak mungkin standar pengeboran harus dilonggarkan, nanti kecelakaan, salah lagi kita,” ungkap Fatar Yani

Pada pertengahan Mei lalu, Chevron mengaku sudah melakukan pemboran di 55 sumur, 11 di antaranya merupakan sumur konversi, dengan mengoperasikan enam rig pengeboran dan satu rig konversi. Proses pengadaan rig tambahan sedang berjalan untuk memenuhi target pengeboran 192 sumur tahun ini.

Menurut Fatar, sedikitnya rig yang digunakan akan bersampak pada waktu penyelesaian pemboran yang juga bisa berdampak pada produksi.

”Turunnya (produksi) karena pengeboran banyak sumur pada 2021, bila terlambat tidak besar sekali pengaruhnya ke rata-rata produksi Rokan. Kisaran 1.000 ke 1.500 LPO-nya kalau benar-benar terlambat,” kata Fatar Yani.(RI)