JAKARTA – PT Jinsheng Mining berpotensi meningkatkan kepemilikan saham di PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) hingga 86,25% pasca Penawaran Umum Terbatas (PUT) II dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Saat ini Jinsheng telah menguasai 77,96% Central Omega. Sisanya, 13,75% dikuasai publik dan sekitar 5% saham dikuasai komisaris utama dan manajemen Central Omega. Serta 2,9% saham tercatat sebagai treasury stock.

Central Omega dalam keterbukaan informasinya, akhir pekan lalu, menyebutkan penguasaan saham Jinsheng akan meningkat menjadi 86,25% jika hanya perusahaan itu yang melaksanakan haknya untuk membeli saham baru. Disisi lain, pemegang saham lain tidak mengambil haknya.

Central Omega akan menerbitkan saham baru dengan HMETD sebanyak-banyak 9,58 miliar saham dengan nilai nominal Rp100. Apabila seluruh HMETD dalam penawaran umum dilaksanakan, maka akan diperoleh hasil Rp2,39 triliun. Jika seluruh pemegang saham mengambil haknya, maka komposisi pemegang saham Central Omega pasca penawaran umum menjadi Jinsheng Mining 79,43%, Johnny N Wiraatmadja (Komisaris Utama) 2,61%, Kiki Hamidjaja (Direktur Keuangan) 2,57%, Feni Silviani Budiman (Direktur Keuangan) dan Andi Jaya (Direktur) masing-masing 0,24% dan 0,02%. Serta publik sebesar 14,01%.

Dana hasil penawaran umum, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, seluruhnya akan digunakan sebagai modal kerja, termasuk untuk menjamin ketersediaan dana dalam rangka memenuhi kebutuhan modal, baik perseroan maupun bagi entitas anak.

Central Omega melalui anak usahanya, PT COR Industri Indonesia (CORII) telah menyelesaikan pembangunan fasilitas pemurniaan nikel atau smelter yang menghasilkan ferronikel (FeNi) tahap pertama pada 2017 dengan kapasitas produksi 100 ribu ton FeNi. Dari kapasitas produksi terpasang, baru sekitar 50% tingkat produksi yang dihasilkan smelter tersebut. Selama 2018, perseroan telah memproduksi FeNi sebanyak 46.841 ton. Perseroan berencana mengoptimalkan produksi untuk smelter yang telah dibangun guna mencapai tingkat efisiensi yang diharapkan.

Untuk mengoptimalkan produksi, CORII membutuhkan pasokan bijih nikel. Kebutuhan bijih nikel untuk proses produksi di smelter dipasok anak usaha Central Omega, yakni PT Mulia Pacific Resources dan PT Itamatra Nusantara. Kedua perusahaan membutuhkan tambahan modal kerja guna meningkatkan kapasitas produksi dengan cara menambah operator-operator yang mengerjakan penambangan bijih nikel. Saat ini kapasitas produksi Mulia Pacific dan Itamatra baru mencapai 13% dari kapasitas yang dimiliki.(AT)