JAKARTA – Insiden dugaan terpaparnya masyarakat dengan gas H2S yang keluar dari sumur panas bumi di area pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sorik Marapi Unit II meninggalkan cerita pilu. Pasalnya ternyata sosialisasi kegiatan bukaan sumur yang harusnya dilakukan jauh-jauh hari dengan alasan keamanan justru tidak dilakukan. Bahkan sosialisasi baru dilakukan di hari yang sama pelaksanaan bukaan sumur yang miliki risiko tinggi.

Riza Glorius Pasiki, Chief Technical Officer PT Sorik Marapi Geothermal Power (SGMP), menuturkan detik-detik gas yag diduga H2S keluar dari sumur dan mencapai pemukiman warga sehingga menyebabkan jatuhnya korban jiwa lima orang dan 46 lainnya dirawat di Rumah Sakit. Tiga orang rawat jalan dan satu orang dalam penanganan intensif medis.

Menurut Riza, pada 22 – 23 Januari 2021 SMGP melakukan sosialisasi ke warga tentang akan adanya kegiatan
operasi buka sumur T-02 pada tanggal 24 Januari 2020 jam 12 siang. Sosialisasi dilakukan dengan cara pemasangan pamphlet dan komunikasi verbal ke desa-desa sekitar.

“Dilakuan sosialisasi verbal dan tulisan pasang pamflet serta kepala desa mengumumkan melalui masjid masjid,” ujar Riza, Rabu (3/2)

Kemudian pada 24 Januari 2021, rencana operasi buka sumur ditunda dari jam 12.00 ke jam 15.00 dan kemudian ditunda lagi ke jam 17.00 karena ada acara di Desa. Pekerjaan dihentikan untuk penyempurnaan sistem. Rencana operasi sumur diperbaharui ke tanggal 25 Januari.

Riza menuturkan sosialisasi pada hari H pembukaan sumur dilakukan namun hanya sebatas ke kepala desa. Menurutnya pembukaan sumur juga diawasi oleh perwakilan pemerintah. “Saat buka sumur kita juga diawasi Kepala Teknik Panas Bumi (KTPB) dari pemerintah. KTPB menginstruksikan kepada Pengawas Uji Sumur untuk menyiapkan operasi buka-tutup uji Sumur T-02,” kata Riza.

Ketika semua persiapan seperti mendapatkan konfirmasi dari PIC kepastian steril serta pemasangan detector H2S maka tahapan buka tutup sumur dilakukan.

Uji-sumur mulai dilaksanakan tim dan uap fluida mulai keluar (discharge) ke-udara bebas lewat silencer. Sesaat kemudian uap yang dilepas (discharge) telah dalam kondisi normal (uap panas bumi putih).

Sesuatu yang dilepas (discharge) telah dalam kondisi normal (uap panas bumi putih). Sesaat setelah itu ada laporan adanya warga yang pingsan pada jarak 96 – 125 meter dari silencer. Salah seorang warga menerobos masuk ke area wellpad dan meminta sumur ditutup karena beberapa pingsan di area sawah.

Sumur langsung ditutup dan operasi evakuasi warga terdampak segera dilakukan untuk mendapatkan pertologan. “Seluruh Operasi (uji-sumur untuk rencana Unit-2 dan kegiatan produksi Unit-1) dihentikan. Fasilitas PLTP dan operasi drilling (2 rig) shut down,” kata Riza.(RI)