LUWUK– PT Pertamina EP, kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di bawah pengawasan SKK Migas sekaligus anak usaha PT Pertamina (Persero) berharap manajemen PT PLN (Persero) serius untuk menyerap produksi gas dari Area Matindok di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah sebesar 20 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

“Belum adanya kepastian dari PLN untuk menyerap produksi gas tersebut menjadikan tingkat keekonomian proyek CPP Donggi-Matindok harus diperhitungkan ulang, terkait project financing dan pengembangan lapangan tersebut,” kata Chalid Said Salim, Direktur Operasi dan Produksi PT Pertamina EP, di sela peresmian asrama pekerja CPP Matindok Field di Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, Senin (24/2).

Menurut Chalid, sejak CPP Matindok beroperasi Mei tahun lalu sampai sekarang PLN belum memenuhi komitmen penyerapan alokasi gas Matindok.

“Akibatnya kami seolah terikat dengan komitmen saja, tanpa kesempatan untuk segera men-deliver gas porsi PLN tersebut, padahal revenue dari sales gas CPP Donggi-Matindok sangat penting sebagai salah satu ‘backbone’ atau penyumbang pendapatan terbesar bagi Pertamina EP,” kata Chalid.

Pada tahun lalu PT Pertamina EP menangguk keuntungan US$57 juta dari penjualan gas Donggi-Matindok Field.

Proyek Pengembangan Gas Area Matindok merupakan bagan dari pengembangan bersama antara gas Area Matindok yang dikelola Pertamina EP dan Area Senoro yang digarap oleh Joint Operating Body Pertamina-Medco EP Tomori Sulawesi menjadi gas alam cair (LNG) dengan skema hulu (downstream).

Dalam dokumen mengenai “Proyek Pengembangan Gas Matindok” yang salinannya diperoleh Dunia Energi, rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) Area Matindok meliputi monetisasi gas dari Lapangan Donggi, Matindok, Maleoraja, dan Minahaki untuk memasok gas ke kilang LNG yang dikelola PT Donggi Senoro LNG (DSLNG) dengan volume gas 85 MMSCFD disetujui oleh BP Migas pada 24 Desember 2008. Namun, dalam perkembangannya terjadi perubahan, yaitu adanya alokasi gas untuk domestik (PLN) sehingga PoD Area Matindok direvisi menjadi volume gas 105 MMSCFD untuk pasokan gas ke kiang LNG dan PLN yang disetujui BP Migas pada 30 Maret 2011.

“Rinciannya, sales gas ke kilang LNG sebesar 50 MMSCFD pada tahun pertama dan 85 MMSCFD pada tahun kedua sampai tahun ke13 ke kilang LNG. Kedua sales gas ke PLN sebesar rata-rata 20 MMSCFD,” tulis dokumen tersebut.

Sales gas dari Area Matindok akan bergabung dengan sales gas dari area Senoro melalui pipa 30 inchi (fasilitas bersama antara Pertamina EP dan JOB Pertamina-Medco ke kilang DSLNG. Sedangkan kondensat dari area Matindok akan dialirkan ke fasilitas produksi gas Area Senoro untuk dikapalkan secara bersama-sama ke pembeli. Fasilitas bersama antara Pertamina EP dan JOB Pertamina-Medco dibangun oleh JOB Pertamina-Medco yang terdiri atas pipa 30 inchi dan fasilitas tanki serta pengapalan kondensat. Biaya penggunaan fasilitas bersama oleh Pertamina EP akan dibayarkan ke JOB Pertamina-Medco berdasarkan Fasilitas Sharing Agreement.

“Sampai dengan saat ini penjualan gas ke PLN sebesar 20 MMSCFD belum dapat direalisasikan karena belum ada PJBG dengan PLN dan PLNN juga belum membanfun fasilias untuk utilisasi gas tersebut,” tulis dokumen tersebut.

Chalid mengatakan, sejatinya Pertamina EP bisa mengoptimalkan produksi gas dari CPP Donggi dan Matindok sebanyak 105 MMSCFD. Dari angka produksi tersebut, sudah terkontrak dengan PT Donggi Senoro LNG sebesar 85 MMSCFD hingga 2028. Sementara PLN meminta alokasi menyerap 20 MMSCFD dari CPP Matindok yang rencananya untuk pasokan gas ke PLTGU Sulawesi Bagian Tengah berkapasitas 150 megawatt.

Agus Amperianto, General Manager PT Pertamina EP Asset 4, yang membawahi Donggi Matindok Field, mengatakan Pertamina EP akan memastikan komitmen penyerapan Area Gas Matindok, dengan berkoordinasi dengan fungsi Komersial Korporat Pertamina EP.

“Yang kami harapkan ada kepastian sehingga jika PLN belum bisa menyerap sekarang, solusi alternatif untuk mencari buyer yang lain bisa kami lakukan dengan pihak lain. Sudah banyak kalangan industri di Sulawesi Tengah yang menyatakan minat untuk pengembangan industri petrokimia di wilayah ini,” ujarnya.

Menurut Agus, saat Pertamina mengembangkan Area Matindok, PLN mengharapkan komitmen alokasi gas untuk pembangkitnya. Keberadaan pembangkit listrik baru untuk memenuhi kebutuhan listrik khususnya di Kabupaten Banggai dan Sulteng. Pemda setempat juga menyambut dengan antusias rencana PLN itu.

“Karena itu kami berharap komitmen rencana alokasi gas dengan PLN, mendesak untuk segera diimplementasikan demi Banggai yang terang benderang dan industri yang lebih maju dengan pasokan listrik dari PLN ini,” katanya. (DR)