YOGYAKARTA – Posisi Indonesia sebagai penyelenggara konferensi G20 tahun ini dimanfaatkan betul untuk mendorong para negara anggota G20 untuk bekerja sama dalam melakukan transisi energi. Pemerintah Indonesia menilai peran para negara maju yang tergabung dalam G20 jadi salah satu kunci utama agar target sebenarnya dari transisi energi yakni net zero emission bisa terpenuhi.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan tiga poin utama yang dibawa pemerintah dalam pembicaraan tingkat tinggi G20 dari sisi transisi energi nanti adalah akses, teknologi serta pendanaan dalam transisi energi. Para negara maju harus turun tangan dalam pembahasan utama tersebut.

Arifin menegaskan transisi energi merupakan tanggung jawab bersama, termasuk dukungan dari negara-negara maju. “Kita perlu bekerja dalam upaya bersama di antara 20 pemerintah untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan potensi dan kemampuan yang kita miliki. Dengan bekerja sama, kita dapat berinovasi lebih cepat, menciptakan skala ekonomi, dan memperkuat insentif untuk investasi,” tegas Arifin dalam konferensi pers Energy Transitions Working Group (ETWG-1), Yogyakarta, Kamis (24/3).

Keterlibatan negara-negara G20 diharapkan menjadi stimulus buat akselerasi proses transisi energi. Terlebih G20 telah memberikan kontribusi 80% perekonomian dunia. “Saya yakin negara-negara G20 telah menerapkan transisi energi untuk mencapai NZE sesuai dengan kebutuhan masing-masing negara situasi ekonomi, sosial dan energi serta kemampuan teknologi, mulai dari tahun 2050 hingga 2070,” ungkap Arifin.

Kehadiran forum ETWG diharapkan mampu menemukan terobosan-teroban inovatif dalam hal teknologi dan pembiayaan.

Menurut Arifin, transisi energi harus menyesuaikan dengan kondisi dan target capaian di masing-masing negara. “Ini bukan tugas yang mudah. Beberapa dari kita telah merasakan manfaat transisi energi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Namun, ada juga negara lain, termasuk Indonesia, yang membutuhkan terobosan kebijakan, dukungan finansial, dan kemitraan teknologi untuk mempercepat transisi energi,” tuturnya.

Prahoro Yulijanto, Co-Chair ETWG menjelaskan apabila proses transisi energi berjalan lancar, diharapkan mampu memudahkan seluruh negara termasuk Indonesia mencapai NZE sekaligus mencapai target pemulihan ekonomi global. “Ini akan menjadi konsensus bersama jika semua negara terlibat. Apalagi peran Indonesia sangat penting mengingat tiga tahun ke depan yang menjadi tuan rumah G20 adalah negara-negara berkembang,” jelas Prahoro.

Salah satu keunikan dari tema Presidensi G20 Indonesia adalah mengangkat permasalahan-permasalahan archipelago state (negara kepulauan). “Ini mewakili persoalam negara-negara kepulauan dan menjadi pintu masuk bagi kita bagaimana mendukung pencapaian NZE dan perubahan iklim secara global,” kata Prahoro. (RI)