JAKARTA – Menteri Ekonomi, Perdangangan, dan Industri (METI) Jepang Hagiuda Koichi sambangi tanah air bertemu dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif. Pertemuan ini cukup mengejutkan pasalny pemerintah Jepang baru saja memprotes keputusan Indonesia yang melarang ekspor batu bara hingga 31 januari mendatang.

Pertemuan antara dua menteri kali ini memiliki agenda yang berbeda Arifin dan Hagiuda melakukan penandatanganan kerja sama (Memorandum of Cooperation/MoC) tentang “Realization of Energy Transitions” dalam rangka memfasilitasi kerja sama energi antara kedua pihak guna merealisasikan transisi energi.

Arifin menjelaskan pelaksanaan transisi energi di Indonesia, perlu mendapat dukungan dari mitra internasional demi target pencapaian Net Zero Emission (NZE) di 2060. “Kami mengundang partisipasi investor supaya bisa mendukung program Indonesia. Beberapa perangkat kebijakan yang kami lakukan adalah memberikan kemudahan berbisnis dan menyiapkan Rancangan Peraturan Menteri ESDM terkait tarif EBT,” kata Arifin, Senin (10/1).

Arifin mengakui, sektor energi dipastikan akan menghadapi tantangan besar di masa mendatang. Masih ada kecenderungan akan tingginya ketergantungan energi fosil. Adanya kerja sama ini diharapkan mampu menjadi proses alih teknologi demi mewujudkan percepatan transisi energi. “Indonesia dan Jepang bisa mengembangkan bersama-sama teknologi Carbon, Capture, Utilization, and Storage (CCUS) dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Indonesia,” kata Arifin.

Hagiuda menyambut baik kerja sama guna membantu mempercepat pencapaian proses transisi energi di Indonesia.

Adapun rincian kerja sama yang disepakati dalam MoC, yaitu penyusunan roadmap transisi energi menuju emisi net-zero berdasarkan target nasional masing-masing, pengembangan dan penyebaran teknologi yang berkontribusi pada transisi energi yang realistis antara lain hidrogen, bahan bakar amonia, carbon recycling, dan CCS/CCUS, mendukung upaya dalam forum multilateral untuk mempercepat kerja sama teknologi yang berkontribusi pada transisi energi yang realistis, dan dukungan untuk pengembangan kebijakan, pengembangan sumber daya manusia, dan berbagi pengentahuan tentang transisi energi dan teknologi yang digunakan.

Pada tataran teknis, saat ini tengah berlangsung studi bersama antara Mitsubishi Indonesia Reperesentative dengan Puslitbangtek Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” mengenai co-combustion fuel ammonia pada PLTU. Studi yang dijadwalkan selesai pada Januari 2022 ini bertujuan untuk menilai kelayakan teknis dan ekonomis penggunaan ammonia untuk mensubstitusi sebagian batubara sehingga umur operasional PLTU dapat dipertahankan.

“Dengan senang hati saya sampaikan bahwa Jepang telah menjadi mitra penting bagi perjalanan Indonesia menuju transisi energi. Dengan dukungan nyata, kami percaya untuk mencapai NZE 2060, dengan tetap menjaga keamanan, akses, dan keterjangkauan energi,” kata Haguida. (RI)