JAKARTA – Produksi siap jual (lifting) minyak dan gas pada tiga bulan pertama 2018 masih dibawah target yang ditetapkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menyebutkan hingga 25 Maret 2018 rata-rata produksi minyak sebesar 779 ribu-790 ribu barel per hari (bph).

“Liftingnya atau penyaluran 699 ribu bph,” kata Wisnu Prabawa Taher, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas saat ditemui di sela pelaksanaan sosialisasi pencegahan korupsi di sektor hulu migas di Jakarta, Selasa (27/3).

Untuk produksi gas sebesar 7.779 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dengan kemampuan lifting atau penyaluran gas sebesar 6.441 MMSCFD.

Realisasi tersebut masih jauh dari target APBN. Lifting minyak dipatok sebesar 800 ribu bph dan gas ditargetkan 6.960 MMSCFD.

SKK Migas beralasan rendahnya lifting karena minyak dan gas belum sampai proses lifting atau disalurkan akibat kondisi cuaca. “Ini data operasional, kalau stok kami masih cukup tinggi 14,38 juta ready lifting,” ungkap Wisnu.

Dia menambahkan jika semua fasilitas sudah beroperasi secara maksimal realisasi lifting minyak juga dipastikan akan meningkat. “Kita lihat cuaca ini masih on going, kalau akhir bulan ini bisa terangkut lebih besar lagi jadi lifting bisa lebih besar lagi,” kata Wisnu.

Untuk realisasi investasi yang tercatat baru sekitar 12,7% dari target US$14,17 miliar. Investasi sampai dengan Februari total US$1,8 miliar. “Khusus eksplorasi sekitar US$197 juta, untuk pengembangan US$204 juta, untuk produksi paling besar US$1,255 miliar. Administrasi US$177 jadi total US$ 1,8 miliar,” ungkap Wisnu.

Masih rendahnya realisasi, baik lifting maupun investasi pada awal tahun  tidak perlu dikhawatirkan. Karena perusahaan akan lebih fokus meningkatkan kinerja operasionalnya jika telah memasuki kuartal II dan berlanjut hingga kuartal III hingga mencapai puncak pada kuartal IV.

Hingga hampir tiga bulan ini tidak ada kendala berarti ditemui para kontraktor dalam kegiatan produksi. Jika kondisi ini terus berlanjut maka target produksi yang dicanangkan pemerintah diproyeksi bisa tercapai.

Di awal tahun ini para kontraktor biasanya hanya menggelontorkan kurang dari 20% total anggaran yang disiapkan untuk berinvestasi untuk satu tahun.

Apalagi jika harga minyak dunia tetap stabil diatas US$ 60an per barel tentu membuat kontraktor akan lebih bergairah dan aktif melakukan kegiatan.

“Biasa kalau awal tahun, kuartal I itu di bawah 20% dari budget atau sekitar 15%. Menjelang kuartal II dan terutama  kuartal III dan IV baru (aktif). Sekarang kan expense juga masih relatif lebih sedikit, bukan smooth, tapi trennya begitu. Kalau mulai semester dua akan lebih menggeliat,” tandas Wisnu.(RI)