GRESIK – Kapasitas pengolahan konsentrat tembaga sebesar 1,7 juta ton per tahun yang ditargetkan mjlai beroperasi pada akhir Mei 2024 dan bisa beroperasi secara penuh pada akhir tahun 2024.

Hingga Maret, progress pembangunan sudah mencapai 61,5% dimana Freeport telah memggelontorkan dana US$ 1,95 Miliar atau sekitar Rp29 triliun.

“61% per Maret, April 65%-66% proyek berupaya keras mendapatkan 4% per bulan jadi akhir tahun 92%, sejauh ini spending US$1,95 miliar. Kita memang dorong supaya bulan mei 2024 diselesaikan , ini jadi tantangan buat Freeport sudah ada adjustment bagaimana bisa akselerasi agar bisa Penuhi target 2024,” kata Arifin saat meninjau pembangunan proyek smelter, Kamis (4/5).

Nantinya Smelter terbaru Freeport bakal memproduksi beberapa produk turunan dari konsentrat tembaga. Pertama adalah katoda tembaga 99,99% Cu dengan volume sebesar 600 ribu ton per tahun dengan menggunakan teknologi . Produksinya sendiri menggunakan teknologi Double Flash Smelting & Converting.

Kemudian produk lainnya adalah emas serta perak murni batangan PGM (Platinum Group Metals) dengan volume mencapai 6 ribu ton per tahun. Produk kedua ini dipastikan sudah memiliki pembeli yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), serta ada potensi pasar domestik dan juga akan diekspor. Produksi PGM sendiri menggunakan teknologi Hydrometallurgy.

Lalu ada juga produk samping berupa Asam Sulfat sebanyak 1,5 juta ton per tahun dengan konsumen PT Petrokimia Gresik, lalu ada Terak Tembaga sebanyak 1,3 juta ton per tahun dengan konsumen PT Semen Indonesia, serta Gipsum dengan volume 150 ribu ton per tahum yang akan dibeli oleh PT Semen Indonesia. (RI)