NEW YORK- Harga minyak anjlok hampir 4% pada akhir perdagangan Senin atau Selasa (25/2) pagi WIB didorong penyebaran cepat virus corona di negara-negara di luar China menambah kekhawatiran investor tentang dampaknya terhadap permintaan minyak mentah.

Ekuitas global memperpanjang kerugian karena kekhawatiran tentang dampak virus meningkat, dengan jumlah kasus melonjak di Iran, Italia, dan Korea Selatan.

Reuters melaporkan harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April 2020 turun US$2,20 atau 3,8% menjadi ditutup pada US$56,30 per barel di London ICE Futures Exchange.

Sementara itu, Minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April 2020 berakhir US$1,95 atau 3,7% lebih rendah menjadi US$51,43 per barel di New York Mercantile Exchange

“Laporan penyebaran virus corona meningkatkan kekhawatiran akan kehancuran permintaan,” kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group di Chicago. “Ketika kami melihat pergerakan besar turun di pasar saham, pedagang minyak menjual duluan dan mengajukan pertanyaan kemudian.”

Virus corona telah menginfeksi hampir 77.000 orang dan membunuh lebih dari 2.500 di China, kebanyakan dari mereka di Hubei.

Daegu, Kota terbesar keempat di Korea Selatan, semakin terisolasi karena jumlah infeksi di sana meningkat dengan cepat.

Wabah terbesar di Eropa adalah di Italia, yang melaporkan kematian ketujuh dari virus seperti flu dan 220 infeksi.
Kuwait, Bahrain, Oman, dan Irak pada Senin (24/2) mencatat kasus virus corona baru pertama mereka, semuanya melibatkan orang-orang yang pernah berada di Iran, yang menambah jumlah korban tewas menjadi 12 orang dan 61 orang yang terinfeksi.

Afghanistan, Irak, Kuwait, Arab Saudi dan Turki memberlakukan pembatasan perjalanan dan imigrasi terhadap Iran.
Namun, kepala Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa menggunakan kata “pandemi” tidak sesuai dengan fakta.

“Kita harus fokus pada penahanan, sementara mempersiapkan pandemi potensial,” katanya kepada wartawan di Jenewa, menambahkan bahwa dunia tidak menyaksikan penyebaran yang tidak terkendali atau kematian berskala besar.

Saudi Aramco memperkirakan dampak virus corona pada permintaan minyak akan berumur pendek dan konsumsi akan meningkat pada paruh kedua tahun ini, menurut Kepala Eksekutif Amin Nasser kepada Reuters.

Pada Senin (24/2), pejabat kesehatan setempat di China mengatakan bahwa empat provinsi telah menurunkan langkah-langkah tanggap darurat virus mereka.

Goldman Sachs mengatakan harga komoditas bisa turun tajam sebelum ada rebound di belakang upaya stimulus China.
“Janji stimulus telah membuat pasar komoditas bertindak seperti pasar ekuitas, membangun risiko koreksi tajam,” kata bank dalam sebuah catatan.

Bank of America Global Research mempertahankan perkiraan 2020 untuk harga minyak mentah Brent stabil di US$62 per barel, mengutip penurunan sukarela dan tidak sukarela dalam pasokan OPEC dan ketahanan pasar terhadap guncangan geopolitik. (RA)