JAKARTA – Mineral Industry Indonesia (MIND ID), holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tambang memproyeksi produksi hasil tambang dua perusahaan dibawahnya yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA)  dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) pada tahun depan tidak akan naik signifikan jika dibandingkan dengan tahun ini.

Ogi Prastomiyono, Direktur Layanan Strategis MIND ID, menuturkan salah satu penyebab tidak tumbuhnya produksi adalah lesunya harga komoditas, terutama batu bara.

“Saya belum bisa bilang angkanya, tapi more or less sama seperti tahun ini. Karena harga ya makanya masih stagnan,” kata Ogi di Kementerian BUMN, Senin (25/11).

Pada tahun ini Bukit Asam menargetkan produksi batu bara mencapai 26,26 juta ton. Produksi batu bara Bukit Asam juga terkendala oleh masalah pengangkutan. “PTBA itu karena kan produksinya banyak. Tapi kan emang agak terbatas karena ketahan pengangkutan yang Tanjung Enim,” ujar Ogi.

Untuk Antam, perusahaan belum bisa memaksimalkan produksi karena adanya aturan larangan ekspor nikel yang dikeluarkan pemerintah mulai 1 Januari 2020 mendatang, Di sisi lain Antam masih memiliki keterbatasan melakukan pengelolaan nikel lantaran baru smelter di Pomala yang beroperasi. Tahun ini perusahaan menargetkan produksi feronikel 30.289 ton nikel dalam feronikel (TNi)

“Kami serap sendiri di Pomala kan sudah berproduksi. Kami akan turunkan produksinya karena tidak bisa serap seluruhnya. Tahun depan Halmahera Timur. Akhir 2020 semoga sudah bisa beroperasi. Mungkin baru bisa nambah,” ungkap Ogi.

Sebagai gantinya, Antam akan didorong untuk memaksimalkan produksi dan penjualan emasnya. Tahun ini saja perusahaan menargetkan produksi emas dari tambang Pongkor dan Cibaliung sebesar 2.036 kilogram atau 65.458 troy ounce. Untuk penjualan emas dipatok 32.036 kg atau 1.029.981 troy ounce.

“Trading emas saja yang meningkat biar total pendapatan kami jaga minimal sama dengan tahun lalu,” kata Ogi.(RI)