JAKARTA –  Kehadiran investasi pertambangan asing diyakini sangat dominan di negara berkembang, hingga menciptakan sentimen nasionalisme. Bahkan mengobarkan gerakan anti pertambangan.

“Pertanyaannya adalah, mengapa dominan? Pertanyaan ini tidak pernah mendapatkan jawaban yang objektif rasional,” kata Rachman Wiriosudarmo, Founder Natural Resources Center (NRC), di Jakarta, Selasa (15/5).

Menurut Rachman, investasi pertambangan asing cenderung hadir dominan di negara-negara berkembang yang mempunyai potensi kekayaan mineral tinggi. Kegiatan eksplorasi merupakan faktor penentu keberlanjutan usaha pertambangan. Karena mineral bersifat tidak terbarukan, maka perusahaan pertambangan harus melakukan kegiatan eksplorasi secara terus menerus. Dengan demikian perusahaan tetap akan mempunyai cadangan yang mencukupi untuk ditambang.

“Mengingat bahwa rasio keberhasilan kegiatan eksplorasi sangat kecil (1-10%), maka perusahaan pertambangan harus melakukan kegiatan eksplorasi di berbagai wilayah secara serentak. Kegagalan eksplorasi di satu wilayah dapat diimbangi oleh keberhasilan di wilayah lain,” ungkap Rachman.

Dia menambahkan, karena penyebaran mineral di bumi tidak merata, maka perusahaan pertambangan harus melakukan kegiatan eksplorasi di berbagai wilayah. Wilayah yang kaya mineral pada umumnya di negara berkembang maka eksplorasi banyak dilakukan di Afrika, Amerika Latin dan Asia.

Eksplorasi memerlukan investasi besar dan butuh waktu lama (8 – 15 tahun) tanpa jaminan dapat berhasil. Dengan adanya faktor-faktor tersebut, maka hanya perusahaan pertambangan yang kuat secara finansial dan berpengalaman yang mampu melakukan kegiatan eksplorasi.

“Perusahaan-perusahaan internasional yang besar dan kuat itulah yang merambah berbagai negara untuk melakukan investasi,” kata Rachman.

Rachman masih mempertanyakan kesediaan investor nasional untuk melakukan investasi sejak dari eksplorasi di berbagai wilayah secara terus menerus dengan serentak.

“Kalau tidak bersedia melakukan hal tersebut maka selamanya perusahaan nasional tidak akan dapat menjadi tuan rumah di negara sendiri,” kata Rachman.(RA)