JAKARTA – Pemerintah mulai menjalankan pelarangan ekspor nikel ore pada tahun ini. Praktis 2019 adalah tahun terakhir ekspor nikel kadar rendah 1,7% dilakukan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatatkan ekspor nikel ore tahun lalu mencapai 30.193.000 ton, meningkat cukup tajam dibandingkan dengan jumlah nikel ore yang diekspor pada 2018 yang hanya 20.060.368 ton. Namun realisasi pada tahun lalu masih dibawah kuota yang dipatok sebesar 30.900.000 ton.

Peningkatan volume ekspor nikel ore ini merupakan dampak dari meningkatnya produksi nikel. Pada tahun lalu produksi nikel ore mencapai 52.763.981 ton atau meningkat 136% dari realisasi produksi pada tahun 2018 yakni sebesar 22.141.505 ton.

Yunus Saefulhak, Direktur Pengusahaan Mineral Ditjen Mineral dan Batu bara (Minerba) Kementerian ESDM, memastikan sejak 1 Januari tahun 2020 tidak ada lagi perusahsaan yang melakukan ekspor nikel ore kadar rendah.

“Per 1 Januari 2020 tidak ada lagi ekspor, kami sudah surato Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementeria Perdagangan, enggak ada lagi ekspor nikel, kerja sama juga dengan Bea Cukai,” kata Yunus saat diskusi bersama media di kantornya, Jakarta, Kamis (23/1).

Yunus menjelaskan peningkatan produksi nikel ore selama 2019 tidak serta merta karena adanya kebijakan larangan ekspor nikel ore kadar rendah. “Justru nggak tahu mau ditutup (larang), kan produksi tambang terhitung dari bumi diangkat kemudian ditaruh di stockpile belum tentu dijual kan karena ini dicut (larang ekspor),” jelas Yunus.

Dia menjelaskan sekarang banyak perusahaan yang terlanjur sudah memproduksi nikel ore kadar rendah mengembalikan lagi nikel ore di stockpile ke lapisan batuan dasar (bedrock) untuk kemudian nanti digunakan lagi jika smelter-nya sudah siap digunakan.

“Seperti di Pomala, itu kan kadar rendah digelar lagi, kalau sudah terbangun smelter itu diambil lagi jadi sekarang perusahaan tambang besar seperti Antam kadar rendah yang tidak diekspor di tata ulang lagi untuk nanti digunakan,” kata Yunus.

Sementara untuk produksi nikel matte pada tahun 2019 realisasinya sebesar 65.103 ton menurun dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya sebesar 75.708 ton. Produksi yang menurun membuat ekspor nikel matte tahun lalu hanya sebesar 64.219 ton menurun dibandingkan ekspor tahun 2018 sebesar 75.708 ton.

Kemudian untuk Feronikel realisasi produksinya mencapai 1.100.066 ton dengan volume ekspor sebesar 1.034.060 ton. Realisasi produksi dan ekspor Feronikel tahun lalu meningkat dibandingkan dengan tahun 2018 dimana produksi dan ekspornya hanya 573.159 ton.

Untuk Nikel Pig Iron (NPI), realiasi produksi tahun 2019 sebesar 692.429 ton sementara volume ekspor sebesar 130.170 ton. Sementara untuk tahun 2018 realisasi produksi dan ekspor NPI sebesar 323.989 ton. (RI)