JAKARTA – PT Darma Henwa Tbk (DEWA) menyatakan penerapan tiga strategi utama yaitu pengurangan biaya operasional melalui program pemeliharaan yang efisien, global sourcing, dan peningkatan kapasitas fleet produksi, telah memacu pertumbuhan laba perusahaan sepanjang periode kuartal I 2021. Pada periode kuartal I 2021 DEWA mencatat peningkatan laba bersih 26,9% menjadi US$0,88 juta di kuartal pertama 2021, dibandingkan US$ 0,69 juta di kuartal pertama 2020.

Prabhakaran Balasubramanian, Wakil Presiden Direktur dan CEO Darma Henwa, mengatakan bahwa perusahaan akan melanjutkan strategi ini dengan menargetkan 100% volume produksi menggunakan fleet produksi dalam waktu 2 tahun ke depan.

“Untuk mencapai hal tersebut, DEWA merencanakan program perbaikan dengan menempatkan lebih banyak peralatan, melalui pendanaan internal dan pinjaman eksternal,” ungkapnya, Senin(5/7).

Dari sisi pendapatan sepanjang kuartal I 2021 terjadi penurunan sebesar 10,0% menjadi US$73,8 juta, dibandingkan US$ 82,0 juta di kuartal I 2020. Penurunan dipicu penghentian subkontraktor yang tidak ekonomis di Proyek Bengalon pada pertengahan 2020.
Total volume pemindahan material menggunakan fleet produksi meningkat 26,4% menjadi 16,3 juta bcm, dari 12,9 juta bcm di kuartal I 2020.
Volume produksi dari subkontraktor turun signifikan menjadi 11,0 juta bcm dari 22,7 juta bcm di kuartal I 2020. Sedangkan total volume pemindahan material turun 23,3% menjadi 27,3 juta bcm dari 35,6 juta bcm.

“Hal ini disebabkan karena penghentian subkontraktor di Proyek Bengalon pada pertengahan tahun 2020 karena kontrak yang tidak ekonomis. Akibatnya dari sisi keuangan, perseroan mampu meningkatkan margin meskipun volume produksi dan pendapatan turun,” ujar Prabhakaran

EBITDA Operasi melonjak 2,5 kali lipat menjadi US$ 16,6 juta dari US$ 6,6 juta.
Margin EBITDA Operasi meningkat menjadi 22,5% dibandingkan 8,0% di kuartal pertama 2020, atau meningkat 14,5%.

Laba kotor naik 102,5x kali menjadi US$ 8,1 juta dari US$ 0,08 juta.
DEWA mencatat kerugian selisih kurs sebesar US$ 1,5 juta di kuartal pertama 2021 karena apresiasi nilai tukar Rupiah, dibandingkan laba selisih kurs sebesar US$ 9,4 juta di kuartal pertama 2020. Ini adalah kerugian non-tunai yang diakibatkan pencatatan operasional dilakukan dalam mata uang Rupiah dan dicatatkan ke dalam mata uang USD.
Akibat kerugian selisih kurs ini, Laba operasional perseroan menjadi US$ 3,9 juta, turun dibandingkan US$ 6,65 juta di kuartal pertama 2020.

Beban keuangan turun 16,1% menjadi US$ 2,4 juta, dari US$ 2,9 juta pada kuartal pertama 2020, yang diakibatkan oleh pembayaran rutin kepada bank dan sewa pembiayaan yang dilakukan tepat waktu. Hal ini akan tetap dilakukan perseroan selama periode pandemi maupun masa-masa yang akan datang.

Prabhakaran mengatakan, tahun ini DEWA akan melakukan ekspansi pekerjaan di wilayah Kalimantan Selatan yang diharapkan akan mendorong pertumbuhan di kuartal mendatang.

“Perseroan telah berinvestasi dalam peralatan pertambangan yang diharapkan dapat meningkatkan volume pada proyek-proyek tersebut dan mencapai kinerja keuangan yang lebih baik di semester kedua tahun 2021,” ujarnya.

DEWA menyatakan akan terus berinvestasi melalui program perbaikan alat produksi, terutama untuk Proyek Satui di Kalimantan Selatan. Peningkatan volume dari proyek ini diharapakan dapat terlihat di semester kedua tahun 2021, seiring penambahan lebih banyak fleet produksi di kuartal kedua dan ketiga tahun 2021.

DEWA berencana meningkatkan kapasitas fleet produksi sendiri melalui kombinasi peralatan baru dan membangun kembali armada yang lama. Upaya tersebut dilakukan dengan memperpanjang usia peralatan yang ada melalui program daur ulang (recycle), pembangunan kembali (rebuild) dan penggunaan kembali (reuse), dimana program tersebut lebih ramah lingkungan dan mendukung pertambangan berkelanjutan.

“Selain itu, kami terus berupaya meningkatkan produktivitas fleet produksi untuk meningkatkan jam kerja efektif (effective working hours). Kombinasi antara strategi pembangunan kembali (rebuild) melalui capital efficiency dan peningkatan kinerja operasional melalui operational efficiency ini, akan memastikan peningkatan nilai tambah kepada pemegang saham dan pemangku kepentingan melalui transformasi yang berkelanjutan,” kata Prabhakaran.(RA)