JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menerbitkan surat utang atau global bond senilai US$1,9 miliar. Hasil penerbitan surat utang akan diperuntukan untuk menambah alokasi belanja modal (Capital Expenditure/Capex).

Emma Sri Martini, Direktur Keuangan Pertamina, mengungkapkan Pertamina memilih menerbitkan global bond dengan jangka waktu lebih pendek. Hal ini bertujuan agar tidak membebani keuangan perusahaan dalam waktu yang panjang.

“Jadi Rabu lalu kami issued US$1,9 miliar yangg terdiri dari US$1 miliar untuk tenor 5 tahun di 1,4% kuponnya kemudian sisanya (US$900 juta) tenor 10 tahun di 2,3%. Dua-duanya inside the curve. Jadi bagus pricing-nya jadi ini just in time,” kata Emma disela rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (9/2).

Emma menuturkan dengan tambahan dana segar nanti maka berbagai investasi perusahaan tahun ini bisa segera bergulir. “Kenapa kami pilih yang shorter tenornya ini juga untuk lowering cost of date. Jadi kemarin-kemarin tenornya panjang-panjang, dengan tenor panjang tentunya kupon juga akan semakin press. Kami akan gunakan untuk capex,” kata Emma.

Tahun ini Pertamina mengalokasikan capex mencapai US$10,7 miliar yang sebagian besar diprioritaskan untuk kegiatan di bisnis hulu migas.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengatakan peningkatan capex tahun ini didorong target perusahaan untuk berinvestasi di sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai wujud strategi perusahaan untuk turut serta dalam transisi energi.

“Komitmen Pertamina terwujud dari anggaran investasi kami fokuskan untuk EBT, meningkat dari tahun ke tahun,” kata Nicke.

Pertamina akan fokus dalam beberapa bisnis EBT ke depan dengan menggandeng mitra utamanya adalah mitra dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN). “Kami konsolidasi dengan BUMN lain untuk meningkatkan new EBT. Geothermal, biomass, biogass dan PLTS,” ungkap Nicke.

Selain itu Pertamina juga menaruh perhatian besar tahun ini untuk pengembangan baterai kendaraan listrik.

“Investasi untuk pengembangan pabrik EV battery , dan pengembangan Green Hydrogen dari wilayah kerja panas bumi yg dimiliki Pertamima,” kata dia.

Selain EBT, fokus investasi Pertamina tahun ini tetap di sektor hulu. Dari total alokasi capex sebesar itu manajemen mengalokasikan capex khusus untuk bisnis hulu 60% dari total capex yang disiapkan.

Meskipun harga minyak rendah, kebijakan untuk mengejar peningkatan produksi minyak Pertamina tidak akan berubah lantaran impor yang dilakukan juga masih besar volumenya.

“Jadi di sektor energi, investasi di hulu akan terus kami genjot, malah mencapai 60% dari total investasi di 2021,” ujar Nicke.

Selain hulu atau upstream migas, bisnis midstream migas Pertamina juga akan bergerak dengan pembangunan berbagai infrastruktur.

“Sebagian besar (capex) adalah untuk meningkatkan cadangan dan produksi migas, juga untuk membangun pabrik petrokimia, serta membangun infrastruktur midstream dan downstream gas,” kata Nicke. (RI)