JAKARTA – Pemerintah Denmark ikut ambil bagian dalam pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia. Hal ini ditunjukkan melalui penyusunan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) di empat provinsi.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan empat wilayah yang ikut dibantu perencanaan pengembangan EBT adalah Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo dan Riau.

“Denmark telah memberikan dukungan terhadap pengembangan RUED untuk empat provinsi. Tantangan kita adalah memanfaatkan potensi EBT dalam outlook dan mereduksi ketergantuangan energi fosil,” kata Arifin dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (5/12).

Beberapa rekomendasi outlook RUED yang diberikan Denmark adalah,
Pertama, outlook Sulawesi Utara dan Gorontalo dimana Sulawesi Utara memiliki potensi pengembangan EBT, khususnya hydro, dan Gorontalo berpotensi besar untuk mengembangkan solar. Apabila kedua provinsi ini berhasil mengembangkan energi hidro, energi surya dan menggunakan natural gas untuk menggantikan batu bara, maka kedua provinsi ini dapat mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar kurang lebih 50% pada 2030.

Outlook Kalimantan Selatan. Provinsi ini masih didominasi oleh penggunaan batu bara, namun energi angin, energi surya dan natural gas combined cycles dapat dijadikan alternatif energi yang murah untuk menggantikan batu bara. Apabila pada 2030 provinsi ini berhasil mengembangkan EBT hingga 34% untuk pasokan listrik, maka emisi gas rumah kaca dapat berkurang hingga 48% pada 2030.

Kemudian untuk outlook Riau dan Sumatera secara keseluruhan memiliki potensi EBT, khususnya energi angin dan energi surya melampaui peran EBT yang digambarkan pada RUPTL 2019-2028. Energi surya dan biogas dianggap kompetitif apabila mendapatkan skema pembiayaan yang baik. Apabila bauran EBT dapat mencapai 2/3 pasokan listrik Riau pada 2030 sesuai RUPTL, maka akan terjadi penghematan pembiayaan infrastruktur listrik sebesar Rp13 miliar.

Rasmus Prehn, Menteri Kerja Sama Pembangunan Denmark, menuturkan rekomendasi yang diberikan oleh pemerintahnya diharapkan dapat menciptakan iklim industri EBT yang lebih murah dan efisien. “Selain bisa meningkatkan pemanfaatan EBT, rekomendasi ini mampu mewujudkan harga EBT yang lebih murah dan efisien dari teknologi yang diterapkan,” ujar Rasmus.

Menurut Rasmus, berdasarkan pengalaman yang terjadi di Denmark, perkembangan teknologi semakin lama semakin murah. Ini juga yang diyakininya bisa terjadi di Indonesia. Salah satu energi yang termurah adalah energi matahari.

“EBT teknologi semakin murah, di Denmark lebih murah solar power lebih murah dari pada pembangkit fosil di Denmark dan itu akan terjadi d indonesia,” kata Rasmus.(RI)