JAKARTA – Dampak dari wabah virus corona atau Covid-19 meluas. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan dampak Covid-19 akan mempengaruhi target hilirisasi mineral.

Bambang Gatot Ariyono, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, mengatakan pemerintah telah memproyeksikan keterlambatan hilirisasi jika dampak Covid-19 terus berlangsung. Covid-19 membuat hilirisasi melambat, beberapa target penyelesaian pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter pun akan direvisi.

“Tenaga kerja dari sana (China), kemungkinan success ratio berkurang bisa jadi. Jadi mundur selesainya, nggak jadi 2022,” kata Bambang ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (10/3).

Pemerintah sebelumnya menargetkan pada 2022 sebanyak 52 smelter selesai dibangun dan mulai beroperasi. Target tersebut sebenarnya menurun dibanding target awal yakni 68 smelter. Penurunan target itu disebabkan larangan ekspor nikel, dimana banyak pelaku usaha terlalu mengandalkan ekspor untuk mendapatkan dana membangun smelter.

Dari 52 smelter, sebanyak 17 diantaranya sudah terbangun dan beroperasi saat ini. Sisanya, 35 smelter lagi yang masih belum terbangun. Sebanyak 31 smelter sekarang telah terdata ditambah dua smelter milik PT Freeport Indonesia terdiri dari satu smelter tembaga dan satu smelter anoda slime. Kemudian dua smelter lainnya milik PT Amman Mineral Nusa Tenggara, terdiri dari satu smelter tembaga dan smelter anoda slime.

Menurut Bambang, saat ini pemerintah sedang mengkalkulasi berapa smelter yang akan mengalami kemunduran target penyelesaian. Dia juga menjelaskan bahwa corona menjadi salah satu pemicu pertumbuhan ekonomi menjadi semakin melambat. “Kemungkinan ada (mundur target pembangunan), Iya karena corona, karena pertumbuhan ekonomi dunia juga,” kata Bambang.(RI)