JAKARTA – Pemerintah secara resmi menyerahkan hak pengelolaan Blok Offshore North West Java (ONWJ) kepada PT Pertamina (Persero) yang selanjutnya diserahkan ke anak usaha perseroan, PT Pertamina Hulu Energi ONWJ yang sekaligus menjadi operator.
Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menyatakan penunjukkan Pertamina sebagai pengelola ONWJ sekaligus menjadikan blok tersebut sebagai blok minyak dan gas pertama di Indonesia yang menggunakan skema gross split.

“Ini pertama kali digunakan. Sebenarnya untuk kontraktor perpanjangan bisa milih antara PSC cost recovery atau gross split, tapi karena ini bukan kontrak perpanjangan maka menggunakan gross split,” kata Jonan di Kantor Kementerian ESDM, Rabu (18/1).

Dia menambahkan pembagian split dalam kontrak blok ONWJ kontraktor akan mendapatkan bagi hasil lebih besar dari negara. Bagi hasil base dan variabel split untuk minyak yakni sebesar 42,5 persen untuk pemerintah dan 57,5 persen bagian kontraktor.
“Sementara untuk gas pemerintah mendapatkan 37,5 persen dan sebanyak 62,5 persen bagian kontraktor,” tukas Jonan.

Kontraktor mendapatkan bagian lebih besar karena mendapatkan beberapa insentif, selain lokasinya offshore, gas ONWJ diketahui juga memiliki kandungan CO2. Insentif lain juga disebutkan bahwa ada komitmen untuk menggunakan kandungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Selain itu juga biaya pengelolaan dan produksi seluruhnya akan menjadi tanggungan kontraktor. Dengan begitu diharapkan tidak akan membebani keuangan pemerintah melalui cost recovery.
Dengan bonus tanda tangan (signature bonus) sebesar US$5 juta, PHE ONWJ juga berkomitmen untuk investasi tiga tahun pertama dengan menganggarkan dana sebesar US$ 82,3 juta. Sementara untuk investasi selama masa kontrak US$ 8,5 miliar dan total penerimaan gross US$ 14,8 miliar
“Jadi penerimaan negara selama masa kontrak WK ini ditargetkan mencapai US$ 5,7 miliar untuk 20 tahun,” ungkap Jonan.
Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM meyakini dengan ditunjuknya Pertamina untuk mengelola ONWJ sejalan dengan upaya negara untuk bisa meningkatkan kompetensi National Oil Company (NOC). Karena selama ini kontribusi Pertamina untuk migas nasional masih cukup minim.
“Kita ingin perkuat NOC, karena kita lihat NOC negara lain kontribusi terhadap produksi umumnya diatas 90 persen. Malaysia saja NOC-nya, Petronas diatas 55 persen. Pertamina saat ini hanya sekitar 24 persen,” kata dia.

Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina, mengakui dengan dijadikannya ONWJ sebagai blok pertama yang gunakan skema gross split diharapkan bisa menjadi role model dan berbagai langkah efisiensi dipastikan akan lebih digencarkan.
“Tantangan operator juga cukup kuat, kalau kami berhitung secara kasar split kami kurang, tapi kurang itu bisa dtutupi dengan upaya efisensi. Ini tantangan Pertamina,” kata Dwi.(RI)