NUSA DUA – Pengembangan Energi Batu Terbarukan (EBT) selama ini dinilai lambat. Salah satu faktornya adalah biaya investasi yang masih cukup tinggi.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) agar bisa dipercepat seiring tren biaya investasi yang makin murah.

Arifin menjelaskan teknologi dan inovasi menjadi aspek penting dalam pengembangan energi terbarukan. Kendati demikian, Arifin pun menilai skala keekonomian dari proyek-proyek yang potensial juga harus menjadi perhatian.

“Dengan berkembangnya teknologi kami yakin ini akan semakin terjangkau,” kata Arifin disela G20 Investment Forum on Energy Transition yang digelar International Renewable Energy Agency (IRENA), Kamis, (1/9).

Arifin juga memastikan bahwa Indonesia hingga saat ini masih memiliki potensi Renewable Energy yang besar. Potensi baik panas bumi, air, arus laut, solar bahkan angin juga masih sangat potensial untuk dikembangkan.

“Kami membuka kerjasama dan mengajak semua pihak meningkatkan teknologi energi bersih yang bisa dikembangkan bersama,” ujar Arifin.

Sementara itu Fransesco La Camera mengungkapkan, saat ini biaya investasi untuk sumber energi terbarukan terus mengalami penurunan atau kian murah misalnya untuk energi matahari dan angin dalam tiga tahun terakhir. Yang terbaru, penurunan biaya mencapai dua digit.

“Biaya investasi kelistrikan dari Solar PV turun 13% sementara untuk energi angin di darat dan lepas pantai turun masing-masing sebesar 15% dan 30% dibandingkan tahun 2020,” ungkap La Camera dalam kesempatan yang sama.

Dia melanjutkan, energi terbarukan mendominasi penambahan kapasitas pembangkit gliobal sejak tahun 2016.

Menurutnya, diperlukan aturan dan format pilihan yang tepat untuk mendukung upaya transisi energi.

“Transisi energi secara teknis layak dan menarik secara atraktif dan manfaatnya bisa menutupi biaya (investasi),” kata La Camera.