JAKARTA – Badan Geologi terus menyiapkan kemampuan mitigasi menyusul kenaikan status level Gunung Merapi menjadi Level III atau Siaga.

Eko Budi Lelono, Kepala Badan Geologi, mengungkapkan berbagai upaya mitigasi bencana terus disiapkan terutama kepada masyarakat di kaki gunung.

“Kami tengah meningkatkan kualitas jaringan pemantauan, menyebarluaskan informasi aktivitas Merapi terkini, serta meningkatkan kapasitas masyarakat melalui sosialisasi di dusun-dusun di Kawasan Rawan Bencana (KRB),” kata Eko, Jumat (20/11).

Berdasarkan hasil pemantauan Balai Penyelidikan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) pada 19 November 2020 menunjukkan bahwa ada aktivitas Gunung Merapi yang cukup tinggi, baik dari data kegempaan dan deformasi. Sejak minggu lalu, suara guguran juga dilaporkan semakin meningkat.

“Bahkan guguran yang terjadi dilaporkan sampai jarak maksimal 3 km dari puncak. Kondisi ini yang menjadi faktor penetapan peningkatan status,” kata Eko.

Peningkatan status tersebut dilakukan mengingat hasil evaluasi data pemantauan menunjukkan aktivitas vulkanik dapat berlanjut ke erupsi yang membahayakan penduduk.

Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi memetakan sebanyak 30 dusun di sekitar Merapi masuk dalam kategori daerah bahaya. Untuk itu, Kementerian ESDM terus berkoordinasi dengan BPBD tingkat kabupaten, provinsi, dan pusat, pemerintah daerah, BMKG, SAR, PMI, Dinas Kesehatan, TNI-Polri, Taman Nasional Gunung Merapi, serta relawan di sekitar Merapi.

Kementerian ESDM mengimbau masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana untuk tetap mengikuti informasi serta rekomendasi dari BPPTKG serta arahan dari BPBD dan pemerintah daerah setempat.(RI)