JAKARTA – PT Amman Mineral Nusa Tenggara bergerak cepat untuk merealisasikan pembangunan fasilitas pemurnian dan pengolahan atau smelter katoda tembaga di Nusa Tenggara Barat.

Rachmat Makkasau Direktur Utama Amman, mengatakan Amman telah menandatangani kontrak untuk desain teknik dan rekayasa awal atau Front End Engineering Design (FEED) dengan Outotec pada kuartal IV 2018.  “Rencana sekarang sesuai FEED masih 1,3 juta ton per tahun,” kata Rachmat saat ditemui di Jakarta, baru-baru ini.

Jumlah tersebut kemungkinan besar hanya bisa menampung konsentrat tembaga milik Amman sendiri. Dengan begitu maka peluang kerja sama pembangunan smelter katoda tembaga bersama dengan PT Freeport Indonesia yang sempat mencuat menipis.

Berdasarkan rencana kerja sama tersebut, Amman akan menyiapkan dua opsi pembangunan smelter dengan kapasitas 2 juta hingga 2,6 juta ton konsentrat tembaga per tahun yang rencananya akan dibangun secara bertahap. “Pokoknya kami fokus di 1,3 juta ton dulu,” tukas Rachmat.

Berdasarkan keterangan resmi dari Outotec, pekerjaan desain akan berlangsung selama sembilan bulan dan merupakan kelanjutan dari studi kelayakan yang telah dilakukan pada 2017.

Ruang lingkup rekayasa Outotec mencakup desain seluruh peleburan tembaga. Teknik ini akan didasarkan pada teknologi flash smelting dan flash converting, termasuk kilang elektrolit, konsentrat perak, pengilangan logam mulia, pembersihan gas basah dan pabrik asam sulfat Lurec, serta pabrik pengolahan limbah dan infrastruktur terkaitnya.

Perusahaan penyedia teknologi pertambangan global dan logam tersebut juga telah mendirikan anak usaha di Indonesia, yakni PT Outotec Technology Solutions guna mendorong perluasan bisnis ke Asia Pasifik.(RI)