JAKARTA – Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) rooftop (atap) mulai beroperasi di mall. Adalah AEON mall di Cakung, Jakarta sebagai pusat perbelanjaan pertama yang memanfaatkan listrik dari pembangkit berbasis Energi Baru Terbrukan (EBT).

Pemasangan PLTS di AEON merupakan rencana pengadaan tiga pembangkit listrik tenaga surya dari Joint Crediting Mechanism (JCM), wadah kerja sama pemerintah Indonesia dan pemerintah Jepang dalam suatu mekanisme berbasis pasar yang secara bilateral memungkinkan pihak swasta Jepang bekerjasama dengan pihak swasta Indonesia dalam melakukan implementasi kegiatan rendah karbon.

Dicky Edwin Hindarto, Kepala Sekretariat JCM Indonesia, mengatakan pembangunan PLTS rooftop di AEON merupakan salah satu dari 35 proyek JCM di Indonesia, termasuk dalam proyek kerja sama bilateral Indonesia-Jepang yang bertujuan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.

Listrik yang dihasilkan dari PV digunakan untuk mensuplai sistem penerangan di mall, dan bisa menurunkan penggunaan listrik sampai sebesar 10% dari total konsumsi listrik di mall dari total kebutuhan listrik sekitar 6 megawatt (MW) sampai 7 MW..

“Total kapasitas terpasang adalah sebesar 507 kilowatt peak (kWp) dengan battery sebesar 110 kilowatt (kW),” kata Dicky di Jakarta, Jumat (26/4).

PLTS dibangun dengan waktu sekitar enam bulan, dengan kapasitas yang ada maka manajemen mall mampu berhemat sekitar 1 MWh. Total biaya yang dibutuhkan dalam pembangunan PLTS di AEON mencapai Rp20 miliar. JCM pada proyek ini  memberikan dana hibah sebesar 50% dari keseluruhan biaya investasi.

Menurut Dicky,  saat ini salah satu tantangan terbesar untuk mengembangkan PLTS dari sisi pendanaan. “Makanya banyak yang minta bantuan kami,” tukasnya.

Harris, Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyambut positif terbangunnya PLTS atap di kawasan publik.

“Prakteknya adalah B to B, ada subsidi investasi maksimal 50% dari Pemerintah Jepang. JCM Indoneaia jauh lebih maju, proyeknya juga lebih banyak baik EBT maupun Konservasi Energi,” kata Harris.

Sektor komersil diproyeksi paling banyak mendapatkan manfaat dari PLTS. Hal ini dikarenakan tidak adanya ketentuan capacity charge untuk gedung-gedung komersial yang mengimplementasikan pemasangan PLTS atap.

Andhika Prastawa, Ketua Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) mengungkapkan, gedung komersial pada siang hari pasti mengonsumsi listrik dan akan terserap habis, tidak akan sempat terekspor.

“Itu sangat menguntungkan bagi sektor industri. Kami ingin bantu pemerintah mendorong sektor komersial untuk memanfaatkan kesempatan ini,” kata Andhika.(RI)