Terminal pengangkutan batubara PT Adaro Energy Tbk di Kelanis, Kalimantan Tengah.

Terminal pengangkutan batubara PT Adaro Energy Tbk di Kelanis, Kalimantan Tengah.

JAKARTA – Hingga akhir semester I – 2013 harga batubara dunia belum juga menunjukkan perbaikan, bahkan makin anjlok. Ini tercermin dari laba bersih PT Adaro Energy Tbk pada Semester I – 2013 yang turun sampai 55,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Beruntung emiten yang listing dengan kode ADRO ini mampu menurunkan biaya kas, sehingga dapat mempertahankan neracanya tetap kokoh.

Seperti diungkapkan Presiden Direktur dan CEO ADRO, Garibaldi Thohir akhir pekan lalu, meski menghadapi kondisi rendahnya harga batubara secara global, ia tetap optimism mampu mencapai target-target yang telah ditetapkan tahun ini.

“Walaupun harga batubara global tetap lebih rendah, namun harga untuk batubara kami yang berkalori rendah tetap kuat,” ujarnya. Disebutkan bahwa rata-rata harga jual batubara ADRO di enam bulan pertama tahun ini merosot hingga 21%.

Anjloknya harga jual batubara dunia tersebut, telah menggerus pendapatan bersih ADRO dari USD 1.931,4 juta di Semester I – 2012 menjadi USD 1.579,4 juta di Semester I – 2013, atau turun 18%. Alhasil, laba bersih perusahaan energi terintegrasi ini di Semester I – 2013 anjlok 55,4% menjadi USD 116 juta, dibandingkan sebelumnya USD 260,1 juta di Semester I – 2012.

Toh ADRO merespon dengan cepat kondisi tersebut. Yakni dengan menurunkan biaya kas di Semester I – 2013. Tercatat, biaya kas batubara ADRO (tidak termasuk royalti) pada Semester I – 2013 turun 7% menjadi USD 35,51 per ton.

Garibaldi menjelaskan, turunya biaya kas ini didorong oleh penurunan nisbah kupas rata-rata, plus penghematan pada berbagai pengeluaran lainnya. “Langkah ini sejalan dengan panduan tahunan perusahaan, yang (mematok biaya kas, red) berada pada rentang USD 35 sampai USD 38 per ton,” jelas Garibaldi lagi.

ADRO juga diuntungkan oleh turunnya beban pokok pendapatan sebesar 5,4% dibanding tahu  lalu menjadi USD 1.228,1 juta, meski produksinya batubaranya meningkat 8% menjadi 24,94 metrik ton (MT). Beban pokok pendapatan ADRO pada Semester I – 2013 lebih rendah, karena ada penurunan royalti menyusul anjloknya harga harga, serta pembelian batubara oleh pihak ketiga.

Garibaldi mengakui, EBITDA ADRO pada semester pertama 2013 juga turun 38% menjadi USD 413,0 juta, dari sebelumnya USD 667,5 juta di Semester I – 2012. Namun menurutnya, ADRO tetap dapat mempertahankan marjin EBITDA yang kokoh sebesar 26,2%.

“Marjin EBITDA ADRO ini merupakan salah satu yang terbaik di jajaran perusahaan batubara termal di Indonesia. Dan ADRO tetap berada di posisi yang tepat untuk mencapai panduan EBITDA sebesar USD 850 juta sampai USD 1 miliar yang telah ditetapkan untuk 2013,” tambahnya.

Neraca Tetap Kokoh

Dengan berbagai langkah strategis yang tepat ini, ADRO berhasil mempertahankan neraca yang kokoh ditengah badai volatilitas harga batubara. Tercatat,rasio utang bersih ADRO terhadap ekuitas mencapai 0,58 kali pada akhir Semester I – 2013. Utang bersih terhadap EBITDA pada 12 bulan terakhir juga meningkat menjadi 2,14 kali, sedangkan pada akhir semester pertama 2012 hanya 1,3 kali.

ADRO juga mampu mempertahankan struktur permodalan yang kokoh, ditunjang oleh profil jadwal jatuh tempo utang bank dan obligasi yang panjang. Likuiditas ADRO pun tetap kokoh dengan akses terhadap kas yang mencapai hampir USD 1 miliar, termasuk fasilitas pendanaan committed dari pinjaman bank jangka panjang yang belum dipakai sebesar USD 440 juta.

“Hal ini memungkinkan Adaro untuk mempertahankan likuiditas yang yang tinggi ditengah siklus yang melemah seperti yang sedang terjadi saat ini. Kami berada pada posisi yang tepat untuk mencapai target yang telah ditetapkan untuk 2013 maupun tujuan jangka panjang perusahaan, yaitu menciptakan nilai maksimum dari batubara Indonesia,” terang Garibaldi.

Direktur dan Chief Operating Officer ADRO, Chia Ah Hoo menuturkan, sepanjang Semester I – 2013 pihaknya tetap fokus pada keunggulan operasional yang dimiliki selama ini, serta mengoptimalkan kapasitas armada yang ada. Sehingga pada Kuartal II – 2013, ADRO tetap mampu mencapai rekor tertinggi produksi batubara, tanpa lost time incident mau pun penambahan alat berat.

“Kami memiliki struktur permodalan yang kokoh, yang didukung oleh profil jadwal jatuh tempo utang yang panjang. Posisi kas kami juga sehat dengan likuiditas yang kokoh, sehingga kami akan dapat melewati masa yang sulit ini,” ucap Direktur dan Chief Financial Officer ADRO, David Tendian penuh optimis.

(Abraham Lagaligo / abrahamlagaligo@gmail.com)