JAKARTA – PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) menagetkan peningkatan kegiatan signifikan jika telah full menjadi operator di Blok Rokan. Saat ini PHR belum resmi mengelola Blok Rokan dan baru aktif sebagai operator menggantikan PT Chevron Pacific Indonesia pada Agustus 2021 mendatang.

Yudantoro, Direktur Regional I Pertamina atau PHR, mengungkapkan penurunan produksi di Blok Rokan sudah diprediksi karena umur sumur produksi yang sudah tua. Laju penurunan produksi di Rokan sekitar 20% per tahun.

Untuk menekan penurunan produksi tersebut agar tidak terus bertambah maka pengeboran sumur baru diperlukan.

“Itu kenapa pemerintah meminta Chevron  melakukan pengeboran sumur baru karena sejak 2018 hingga sekarang sudah tidak dilakukan Chevron. Nanti saat PHR sudah jadi operator Rokan, maka kami akan melakukan banyak pengeboran,” kata Yudantoro kepada Dunia Energi, Senin (14/9).

Hingga kini Yudantoro mengaku belum mendapatkan informasi dimulainya kegiatan pengeboran di Rokan yang dilakukan Chevron. Rencananya, menjelang berakhirnya kontrak, Chevron ditargetkan bisa mengebor sebanyak 100 sumur tahun depan atau sejak Januari hingga – Agustus 2021. sementara Pertamina menargetkan bisa mengebor 41 sumur.

Namun Yudantoro memperkirakan target 100 sumur tersebut sulit tercapai. Untuk itu PHR berniat menintkatkan kegiatan pada 2022 dengan melakukan pengeboran mencapai 180 sumur.

“Chevron sepertinya enggak akan bisa 100 sumur, paling hanya 70-an sumur. Tahun 2022 nanti PHR punya program pengeboran 180 sumur,” ungkap Yudantoro.

Untuk itu proses transisi sudah dilakukan agar saat alih kelola Pertamina bisa langsung melakukan kegiatan dan tidak ada lagi keterlambatan pengeboran.

Beberapa fokus transisi yang kini dilakukan oleh PHR antara lain di bidang IT dan aplikasi Petrotechnical, kemudian berbagai perizinan di blok Rokan. Lalu persiapan pada bidang Standart Operating Procedure (SOP) untuk operasional Rokan.

“Bidang Pengadaan Barang dan Jasa, Bidang Data Transfer, Bidang Pasokan Listrik, Steam dan Gas, Bidang Human Capital,” kata Yudantoro.

Dia mengaku kondisi pandemi covid-19 cukup berikan tantangan berat dalam proses transisi. Aturan protocol covid dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) cukup menyulitkan tim PHR untuk bertemu dengan tim Chevron dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas). “Cek ke lapangan tidak bisa dan lain-lain,” kata Yudantoro.(RI)