JAKARTA – PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGAS) mencatatkan kinerja positif operasional pada triwulan I atau pada tiga bulan pertama 2022. Kinerja volume niaga gas periode Januari sampai Maret 2022 mencapai 915 BBTUD. Sedangkan untuk volume transmisi hingga Maret tahun ini tercata sebesar 1.325 MMscfd.

PGN berhasil memperoleh Laba Bruto sebesar US$186,0 Juta, Laba Operasi sebesar US$154,3 Juta dan EBITDA sebesar US$313,4 juta. Laba bersih berasal dari pendapatan sebesar U$836,9 Juta.

Selanjutnya PGN sukses memperoleh Laba Bersih Tahun Berjalan Yang Diatribusikan ke Entitas Induk US$118,5 juta atau tumbuh 92,4% (atau Rp 1,7 Triliun, dengan kurs IDR/US$ Rp 14.345).

“Alhamdulilah PGN berhasil melanjutkan kinerja positif 2022. Pemulihan kinerja operasional dari pemulihan ekonomi dan keberhasilan pengelolaan pandemi pemerintah berhasil menopang kinerja keuangan PGN sampai dengan triwulan I 2022,” kata M. Haryo Yunianto, Direktur Utama PGN (28/4).

PGN mencatatakan peningkatan volume lifting minyak dan gas di triwulan I 2022 sebesar 25.557 barel setara minyak per hari (BOEPD).

Selain itu kenaikan ICP yang tinggi termasuk hal yang signifikan berkontribusi pada kinerja keuangan perusahaan. Adapun transportasi minyak juga menunjukkan kenaikan kinerja yang sangat signifikan yang mencapai 2,1 Juta barel setara minyak (MMBOE) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 0,8 MMBOE. “Demikian juga kinerja LPG processing mencapai sebesar 139 Ton per hari meningkat signifikan dibandingkan periode tahun sebelumnya sebesar 121 Ton per hari,” ungkap Haryo.

Sampai dengan Maret 2022, total pelanggan PGN telah mencapai 750.660 pelanggan dengan rincian 746.307 rumah tangga, 2.446 industri dan komesial, serta 1.907 pelanggan kecil.

PGN dalam perannya sebagai Sub Holding Gas, secara berkelanjutan akan menjalankan kegiatan operasional dan investasi agar dapat menciptakan multiplier effect perekonomian nasional. Selain itu, PGN kata Haryo juga memiliki fokus dalam pengembangan utilisasi gas bumi yang ramah lingkungan di masa transisi energi menuju energi terbarukan.

“Kami menjalankan peran yang cukup challenging dalam rangka era transisi energi dari fosil ke EBT. Dengan posisi kunci sebagai salah satu aggregator gas bumi di Indonesia, harapan kami adalah dapat mengisi masa transisi ini melalui penyediaan gas bumi sebagai energi bersih kepada masyarakat,” ungkap Haryo. (RI)